0306 : Formasi Shalat Tarawih 4 4 3
Jumat, 21 Februari 2014
Tulis Komentar
Komentar Abuya Saifuddin Amsir tentang Shalat Tarawih formasi 4,4,3
==> Begawan Sinting AlasRoban
Komentar Abuya Saifuddin Amsir tentang Shalat Tarawih formasi 4,4,3.
Hadratus Syaikh Abuya K.H. Saifuddin Amsir
Pendiri Pondok Pesantren al-Asyirah al-Qur’aniyah Jakarta
بسم الله الرحمن الرحيم
اَْلْحَمْدُ لِلَّهِ حَقَّ حَمْدِهِ , وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خِيْرَةِ خَلْقِهِ , وَ عَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ .
أَمَّا بَعْدُ :
Banyak orang mengerjakan shalat Tarawih dengan
cara 4 rakaat sekali salam, 4 rakaat sekali salam, dengan dalil hadis
Siti Aisyah sebagai berikut:
مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ
وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَة يُصَلِّي أَرْبَعًا
فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا
فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا
عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي.
Artinya: Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang
tahun) pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat.
Beliau shalat 4 rakaat jangan engkau bertanya tentang bagus dan
panjangnya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat jangan engkau bertanya
tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat. Kemudian
aku bertanya ”Ya Rasulullah apakah kamu tidur sebelum shalat Witir”?
Kemudian beliau menjawab: ”Aisyah, meskipun kedua mataku tidur, hatiku
tidaklah tidur”.
Hadis yang dijadikan dalil, bukan hadis
tentang shalat Tarawih, hadis tersebut adalah hadis pada pekerjaan
shalat malam Rasulullah pada umumnya, yakni shalat Witir. Karenanya para
Fuqaha (ahli Fiqh) tidak menyetujui untuk menjadikan hadis tersebut
sebagai dalil shalat Tarawih. Dengan alasan shalat Tarawih merupakan
ibadah khusus yang hanya dilakukan pada bulan Ramadhan, dan jumlah
bilangan shalat Tarawih 20 rakaat ditambah shalat Witir 3 rakaat, telah
disosialisasikan oleh para sahabat, dalam hal ini adalah Sayidina Umar
Ibn Khatthab yang disepakati dan disetujui oleh para sahabat lainnya.
Lantaran pada umumnya para Imam tidak mempunyai kemampuan untuk
mengingkari apa yang menjadi perintah Rasulullah:
عَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ
فَتَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
Artinya;
Hendaklah kalian ikuti sunahku dan sunah para Khalifah yang mendapat
petunjuk setelahku, peganglah dengan kuat dan gigitlah olehmu dengan
geraham ”.[1]
Pelanggaran terhadap yang disepakati para sahabat
merupakan pelanggaran terhadap agama. Sehingga dalam Mazhab Syafii,
kalau shalat Tarawih dikerjakan bukan dengan cara 2 rakaat, 2 rakaat,
shalat Tarawih tersebut dipandang batal/tidak sah.
Oleh sebab
itu, shalat Qiyam Ramadhan yang lebih populer di kota Makkah, Madinah
dan berbagai negara Islam juga tidak berani beranjak dari situ,
paling-paling sedikit penambahan dari jumlah rakaat yang dilaksanakan di
zaman Sayidina Umar Ibn Khatthab itu 23 rakaat, tetapi orang yang ingin
memperbanyak ibadah tidak ada salahnya menambah rakaat. Jadi pada zaman
dahulu inisiatif penduduk kota Madinah untuk menambahkan jumlah rakaat,
merupakan pengganti tradisi penduduk kota Makkah yang biasanya setelah
tiap 4 rakaat (2 salam) mereka melakukan tawaf, karena memang ada Ka’bah
di situ. Sedangkan di Madinah tidak terdapat tempat untuk bertawaf,
sehingga menjadi kuat dalil bahwa sahabat- sahabat Nabi di Makkah itu
bertawaf pada bilangan-bilangan tertentu, yakni setelah 4 rakaat mereka
bertawaf.
Hal ini diperkuat dalilnya dengan amaliyah penduduk
kota Madinah, khususnya pada pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz
yang menambahkan jumlah rakaat shalat Tarawih menjadi 36 rakaat di luar
shalat Witir. Hal ini bukan dalil yang mengatakan khilaf-khilafnya,
tetapi justru memperkuat bahwa itulah yang terjadi di zaman para
sahabat, karena Rasulullah tidak membatasi jumlah rakaat shalat Tarawih,
para sahabat yang lebih mengatur itu dan memiliki concern (perhatian)
terhadap hal tersebut.
Untuk mencegah terjadinya kekacauan yang
berkepanjangan di dunia Islam, Sayidina Umar Ibn Khatthab memikirkan
jumlah-jumlah rakaat shalat sunah yang dilakukan Rasulullah, jadi hal
tersebut sudah dipikirkan oleh Sayidina Umar Ibn Khatthab secara Taftisy
(matang dan teliti) dengan ketepatan jumlah rakaat yang dilakukan
Rasulullah, ketika dihitung hadis-hadis yang membicarakan tentang jumlah
rakaat shalat sunah Rasulullah, ketika digabung-gabung, tepat 20
rakaat, dari keterangan hadis yang zhahir-zhahir.
Apa yang
dilakukan oleh Sayidina Umar Ibn Khatthab tidak beranjak dari apa yang
dikerjakan Rasulullah. Hal ini menjadi sunah sahabat. Sunah sahabat
tidak boleh dianggap remeh, ulama berpendapat seperti itu. Kalau sunah
sahabat mulai dikorbankan untuk perasaan, maka lambat laun apa saja bisa
dikorbankan. Ini yang menyebabkan shalat Tarawih yang dilakukan
sebanyak 20 rakaat dilakukan dengan 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat dan
seterusnya ditutup dengan shalat Witir 3 rakaat dapat berusia panjang
dan sampai saat ini masih dilaksanakan.
Dalam kitab yang pernah
saya anjurkan para jamaah, untuk mengcopynya (التراويح أكثر من ألف عام
في مسجد النبي عليه الصلاة والسلام ) karya Syaikh Athiyyah Muhammad
Salim, seorang Qadhi Mahkamah Syariah, ahli hadis dan pakar fiqh di
Madinah; Saudi Arabia, juga merupakan salah seorang murid utama seorang
raksasa ilmu di zamannya yaitu Syaikh Muhammad al-Amin Ibn Muhammad
Mukhtar al-Syinqithiy (w. 1393 H). Syaikh Athiyyah Muhammad Salim,
memiliki perhatian khusus tentang dalil shalat Tarawih. Hal ini harus
diperhatikan, sebab sekarang orang tidak lagi mau mentahqiq (mengkaji
ulang) soal dalil, orang sudah begitu sibuk dengan berbagai kesibukan.
Jadi, di luar kota Makkah ada juga yang mengerjakan shalat Tarawih 11
rakaat, dengan alasan, itulah hadis yang zhahir dari Rasulullah. Hanya
saja, hal ini akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana
mengikuti para sahabat Rasulullah yang sebenarnya.
Karena jika
shalat Tarawih 11 rakaat yang paling benar, tentunya 3 abad setelah
Rasulullah, shalat Tarawih 11 rakaat dengan berjamaah itu sudah menjadi
populer. Padahal kenyataannya shalat 11 rakaat populer baru belakangan
ini. Shalat Tarawih 20 rakaat yang lebih populer, setelah Sayidina Umar
Ibn Khattab wafat, Sayidina Usman melanjutkan shalat Tarawih 20 rakaat,
demikian pula dengan Sayidina Ali, mengerjakan shalat Tarawih seperti
yang disepakati oleh para sahabat dan tidak ada riwayat yang zhahir yang
menyatakan bahwa Sayidina Ali menentang shalat Tarawih 20 rakaat. Ini
yang menyebabkan shalat Tarawih 20 rakaat tetap bertahan. Dalam sekian
banyak riwayat, kita temukan riwayat yang menjelaskan tambahan rakaat
shalat Tarawih dari 20 rakaat, tetapi kita tidak menemukan riwayat
shalat Tarawih yang kurang dari 20 rakaat. Kalaupun ada akan
mengkhilafkan mayoritas umat Islam yang begitu banyaknya.
Menurut Mazhab Syafii shalat Tarawih yang dikerjakan dengan cara 4
rakaat sekali salam hukumnya dikatakan tidak sah dengan beberapa alasan.
Tetapi yang jelas alasan-alasan tersebut merupakan ittiba’ (mengikuti)
kepada Rasulullah dan para sahabat yang tidak boleh diganggu oleh kreasi
baru, jika ada kreasi baru, maka kreasi tersebut tidak akan jelas
namanya. Karena istilah Tarawih telah jelas kita pahami, seperti yang
kita ketahui saat ini, Tarawih adalah shalat sunah yang hanya ada pada
bulan Ramadhan dikerjakan dengan 20 rakaat terdiri dari 10 salam,
dikerjakan dengan salam pada tiap 2 rakaatnya dan tiap 4 rakaat disebut 1
tarwihah (istirahat).
Penduduk Makkah mengerjakan tawaf pada
tiap selesai satu tarwihah. Pelaksanaannya di awal malam disertai adanya
pendapat mengerjakan shalat Tarawih di akhir malam itu lebih utama.
Jadi, penamaan akan membentuk satu istilah, kalau sudah ada istilah,
maka definisinya akan menjadi jelas, karenanya orang yang mengerjakan
shalat 4 rakaat dengan sekali salam dengan niat shalat Tarawih, maka
hukum shalat Tarawihnya tidak sah. Jika shalat tersebut tidak dinamakan
shalat Tarawih, maka sah-sah saja dilakukan.
Apa yang
dilafazkan dan dikerjakan oleh Rasulullah seharusnya dijadikan pilihan
terbaik. Hadis ( صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ) bukan hadis yang
tidak kuat. Sedangkan shalat dengan 4,4,3 cuma merupakan salah satu
riwayat dari sekian banyak riwayat shalat malam Rasulullah, yang pernah
dilihat oleh Siti Aisyah dan hal tersebut dipertimbangkan oleh para
ulama, lantaran Siti Aisyah merupakan istri Rasulullah. Jadi, sesuatu
yang Rasulullah sebutkan merupakan anjurannya dan keduanya boleh
berjalan. Tetapi mayoritas ulama menganggap shalat malam yang dikerjakan
dengan cara 2 rakaat-2 rakaat adalah yang lebih baik kita ambil. Karena
merupakan anjuran Rasulullah yang didasarkan kepada perkataan dan
perbuatan Rasulullah. Sedangkan hadis 4,4,3 hanya berdasarkan perbuatan
yang diceritakan oleh Siti Aisyah dalam salah satu riwayatnya.
Untuk
memahami kandungan hadis-hadis Rasulullah dengan baik dan benar
seseorang bukan hanya dituntut banyak membaca hadis tetapi juga ia harus
mendalami fiqhul hadis (pemahaman hadis).
Dalam risalah ini
menjelaskan pemaparan tentang perkara-perkara terpenting dalam shalat
Tarawih secara sederhana. Dengan demikian risalah ini menjadi tulisan
yang dapat dihayati dan sangat layak dibaca oleh siapa saja yang ingin
memahami secara benar dan mau menyelamatkan perkara ibadahnya.
Semoga Allah melimpahkan pahala yang besar kepada penyusun risalah ini
atas usahanya, mudah-mudahan Allah memperbanyak orang-orang yang mau
mengikuti langkah-langkah mulia ini dalam berpegang teguh kepada
kebenaran. Amin.
جاكرتا , 6 صفر 1430هــ
ثلاثاء , 3 فبراير 2009 م
أبويا كياهي الحاج سيف الدين أمسير
[1] Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, Tirmidziy, al-Hakim dan al-Bayhaqiy.
_________
Shalat Tarawih.
A. Pengertian Tarawih Secara Etimologi
Lafaz Tarawih adalah bentuk jama’ (plural) dari kata tunggal Tarwîhah (
الترويحة ) yang berarti: istirahat. Menurut ethimologi berasal dari
kata murâwahah ( مـراوحـة ) berarti saling menyenangkan dengan wazan
Mufâ’alahnya al-Râhah ( الراحـــــــة ) yang berarti merasa senang. Term
ini merupakan bentuk lawan kata dari al-Ta’ab yang berarti letih atau
payah.
B. Pengertian Tarawih Secara Terminologi
Shalat
Tarawih adalah shalat sunah yang khusus dilaksanakan hanya pada
malam-malam bulan Ramadhan. Dinamakan Tarawih karena orang yang
melaksanakan shalat sunah di malam bulan Ramadhan beristirahat sejenak
di antara dua kali salam atau setiap empat rakaat. Sebab dengan duduk
tersebut, mereka beristirahat karena lamanya melakukan Qiyam Ramadhan.
Bahkan, dikatakan bahwa mereka bertumpu pada tongkat karena lamanya
berdiri. Dari situ kemudian, setiap empat rakaat (dengan 2 salam)
disebut Tarwihah, dan semuanya disebut Tarawih. Hal itu sebagaimana
dijelaskan oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-A’sqallâniy dalam kitab Fath
al-Bâriy Syarh al-Bukhâriy sebagai berikut:
سُمِّيَتِ
الصَّلَاةُ فِي الْجَمَاعَةِ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ التَّرَاوِيحَ
لِأَنَّهُمْ أَوَّلَ مَا اجْتَمَعُوْا عَلَيْهَا كَانُوا يَسْتَرِيحُوْنَ
بَيْنَ كُلِّ تَسْلِيمَتَيْنِ .
Artinya: Shalat jamaah yang
dilaksanakan pada setiap malam bulan Ramadhan dinamai Tarawih karena
para sahabat pertama kali melaksanakannya, beristirahat pada setiap dua
kali salam.[1]
Shalat Tarawih disebut juga shalat Qiyam
Ramadhan yaitu shalat yang bertujuan menghidupkan malam-malam bulan
Ramadhan. Shalat Tarawih termasuk salah satu ibadah yang utama dan
efektif guna mendekatkan diri kepada Allah. Imam Nawawi al-Dimasyqiy
mengatakan: yang dimaksud Qiyam Ramadhan adalah shalat Tarawih.[2]
Maksud dari perkataan Imam Nawawi al-Dimasyqiy dijelaskan oleh al-Hâfiz
Imam Ibn Hajar al-A’sqallâniy, sebagai berikut:
يَعْنِي أَنَّهُ يَحْصُلُ بِهَا الْمَطْلُوبُ مِنَ الْقِيَامِ لَا أَنَّ قِيَامَ رَمَضَان لَا يَكُون إِلَّا بِهَا .
Artinya:”Qiyam Ramadhan dapat dilakukan dengan shalat apa saja termasuk
shalat Tarawih. Namun, ini bukan berarti Qiyam Ramadhan hanya sebatas
shalat Tarawih saja”.
Maksud dari perkataan Imam Ibn Hajar al-A’sqallâniy adalah shalat Tarawih itu merupakan bagian dari Qiyam Ramadhan[3].
Pada zaman Rasulullah, istilah Tarawih belum dikenal. Rasulullah dalam
hadis-hadisnya juga tidak pernah menyebut kata-kata Tarawih. Semua
bentuk ibadah sunah yang dilaksanakan pada malam hari, lebih familiar
disebut Qiyam Ramadhan, tidak disebut shalat Tarawih sebagaimana banyak
ditemukan dalam teks-teks hadis. Seperti sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim sebagai berikut;
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . (صحيح مسلم)
Artinya:” Siapa saja yang melaksanakan ibadah pada bulan Ramadhan
karena iman dan mengharap ridha Allah, niscaya diampuni dosanya yang
telah lalu”.
Dalam riwayat hadis Shahih mengatakan shalat Qiyam
Ramadhan secara berjamaah di zaman Rasulullah hanya beberapa malam
saja. Beliau melaksanakan shalat Qiyam Ramadhan secara berjamaah hanya
dalam 2 atau 3 kali kesempatan. Kemudian, beliau tidak melanjutkan
shalat tersebut pada malam-malam berikutnya karena khawatir ia akan
menjadi ibadah yang diwajibkan. Seperti yang terdapat pada keterangan
hadis sebagai berikut;
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ ذَاتَ لَيْلَةٍ
فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ
النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ
الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي
صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي
خَشِيْتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ قَالَ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. (صحيح
مسلم)
Artinya; Dari Siti A’isyah sesungguhnya Rasulullah pada
satu malam shalat di masjid, maka para sahabat mengikuti beliau shalat.
Kemudian beliau shalat pada malam berikutnya, para sahabat yang ikut
berjamaah menjadi semakin banyak. Selanjutnya pada malam ketiga atau
keempat para sahabat berkumpul ternyata Rasullah tidak keluar menemui
mereka. Keesokan harinya beliau berkata: “ Aku mengetahui apa yang
kalian lakukan tadi malam. Tidak ada yang menghalangiku keluar menemui
kalian selain dari kekhawatiranku kalau-kalau shalat itu diwajibkan atas
kalian”. Yang demikian itu terjadi di bulan Ramadhan.”
Sedangkan menurut Syaikh Muhammad Ibn Ismâîl al-Shan’âniy (W.1182 H/1768
M), dalam kitab Subul al-Salâm Syarh Bulûgh al-Marâm mengatakan:
Penamaan shalat Tarawih itu seolah-olah yang menjadi dasarnya adalah
hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bayhaqiy dari Siti A’isyah sebagai
berikut:
وَأَمَّا تَسْمِيَتُهَا بِالتَّرَاوِيحِ فَكَأَنَّ
وَجْهَهُ مَا أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي
أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي اللَّيْلِ ثُمَّ يَتَرَوَّحُ فَأَطَالَ حَتَّى
رَحِمْتُهُ قَالَ الْبَيْهَقِيُّ تَفَرَّدَ بِهِ الْمُغِيرَةُ بْنُ دِيَابٍ
وَلَيْسَ بِالْقَوِيِّ فَإِنْ ثَبَتَ فَهُوَ أَصْلٌ فِي تَرَوُّحِ
الْإِمَامِ فِي صَلَاةِ التَّرَاوِيحِ .
Artinya; Adapun penamaan
shalat itu dengan nama Tarawih seakan-akan jalannya adalah sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam al-Bayhaqiy dari Siti A’isyah ia
berkata:”Sering kali Rasulullah mengerjakan shalat 4 rakaat pada malam
hari, lalu beliau Yatarawwah (beristirahat) dan beliau melamakan
istirahatnya hingga aku merasa iba”. Menurut Imam al-Bayhaqiy, bahwa
hadis ini diriwayatkan melalui sanad al-Mughirah dan ia bukan orang yang
kuat. Jika hadis ini memang jelas ketetapannya maka hadis inilah yang
menjadi landasan Tarwihah (istirahat) imam pada waktu shalat Tarawih
tersebut.[4]
Dari keterangn hadis-hadis shahih di atas, jelas
bahwa tidak ada ketentuan yang baku dari Rasulullah tentang jumlah
rakaat shalat Qiyam Ramadhan. Hadis-hadis shahih yang marfu’ (bersumber
dari Rasulullah) tidak pernah menjelaskan berapa rakaat beliau melakukan
Qiyam Ramadhan.
Kesimpulannya, dalam konteks shalat Qiyam
Ramadhan tidak ada batasan yang signifikan (berarti penting) dalam
bilangan rakaatnya. Semakin banyak rakaat shalat Qiyam Ramadhan yang
dikerjakan, maka semakin banyak pahalanya. Sedangkan dalam konteks
shalat Tarawih maksimalnya adalah 20 rakaat.
C. Hukum Shalat Tarawih
Shalat Tarawih hukumnya sunah muakkadah (sunah yang sangat dianjurkan)
bagi setiap laki-laki dan wanita yang dilaksanakan pada tiap malam bulan
Ramadhan.
D. Waktu shalat Tarawih
Waktu pelaksanaan
shalat Tarawih dimulai setelah shalat Isya, berakhir sampai terbit
fajar. Bagi yang belum melaksanakan shalat Isya, tidak diperkenankan
melakukan shalat Tarawih. Bahkan shalat Tarawihnya menjadi tidak sah.
Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Yusuf Ibn Ibrahim al-Ardabiliy:
وَالتَّـرَاوِيْحُ عِشْرُوْنَ رَكْـعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ , وَلَوْ
صَـلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ أَوْ قَبْلَ فَرْضِ الْعِشَاءِ بَطَلَتْ .
Artinya: Shalat Tarawih dikerjakan 20 rakaat dengan 10 salam.
Seandainya seseorang shalat 4 rakaat dengan satu salam, atau ia shalat
Tartawih sebelum shalat fardhu Isya maka batal shalat Tarawihnya.[5]
Tata cara yang afdhal dalam shalat Tarawih adalah dikerjakan setelah
melakukan shalat fardu Isya dan Ba’diyah Isya. Lebih utama lagi apabila
shalat Tarawih dikerjakan di akhir malam. Syaikh Umar Ibn Muzhaffar Ibn
Wardiy (W. 749 H) mengatakan dalam Nazhamnya terkenal dengan sebutan
Bahjah al-Hâwiy yang terdiri dari 5000 bait sebagai berikut:[6]
كَذَا التَّرَاوِيْحُ وَحَيْثُ يَفْصُلُ وَبَعْدَ نَفْلِ اللَّيْلِ فَهْوَ أَفْضَلُ
Artinya: ”Begitu juga (shalat yang disunahkan antara shalat Fardhu Isya
sampai Fajar) adalah shalat Tarawih sekira di fashalkan dan dilakukan
setelah shalat sunah malam (Tahajjud) itu lebih afdhal.”
E. Hikmah Shalat Tarawih
Adapun hikmah shalat Tarawih ialah menguatkan, merilekskan dan
menyegarkan jiwa serta raga guna melakukan ketaatan. Selain itu, untuk
memudahkan pencernaan makanan setelah makan malam. Sebab, apabila
setelah berbuka puasa lalu tidur, maka makanan yang ada dalam perut
besarnya tidak tercerna, sehingga dapat mengganggu kesehatannya dan
membuat jasmani menjadi lesu dan rusak.[7]
Yang harus
diperhatikan ada jeda yang cukup setelah makan besar, baik setelah
berbuka puasa atau setelah sahur dengan tidur. Karenanya, Rasulullah
menganjurkan Ta’khir Sahur yakni makan sahur dilakukan mendekati waktu
subuh, agar setelah sahur langsung shalat Subuh tidak tidur lagi. Jadi,
bukan santap sahur pukul 02:00, lalu tidur lagi. Alasannya, sewaktu
tidur tubuh menjadi sangat rileks, sehingga gerakan usus menjadi lambat
sekali, sedangkan kita makan sampai perut penuh. Jadi, metabolisme
(proses perputaran) pencernaan terganggu, karena makanan terus-menerus
berada di dalam usus. Penulis teringat ungkapan ulama yang pernah
disebutkan oleh orang tua kami Abuya K.H Saifuddin Amsir ketika beliau
memberikan penjelasan Taqrir kitab Ta’lîm al-Muta’allim karya Syaikh
Burhanuddin al-Zarnûjiy sebagai berikut:
اِذَا تَغَـدَّيْتَ فَنَـمْ , وَلَوْ عَلَـى رَأْسِ اْلغَنَمِ
وَاِذَا تَعَشَّيْتَ فَـدُرْ , وَلَوْ عَلَـى رَأْسِ الْجُـدُرِ
Artinya: ”Apabila engkau makan siang maka boleh engkau tidur setelahnya
sekalipun di atas kepala kambing, dan apabila engkau makan malam maka
berjalan/berkelilinglah sekalipun di atas tembok (jangan langsung
tidur).”
Syaikh Ali Ibn Ahmad al-Jurjâwiy (W. 1340 H/1922 M)
salah seorang tokoh ulama al-Azhar, Kairo; Mesir, dalam sebuah kitabnya
yang bernama Hikmah al-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu mengatakan:”Telah banyak
doktor dari negara barat yang mengatakan bahwa umat Islam yang menjalani
ibadah puasa dengan shalat-shalat yang biasa mereka kerjakan setelah
shalat Isya telah membuat mereka terhindar dari aneka penyakit yang
hampir membahayakan mereka. Mr. Edwar Leeny mengatakan:” Suatu hari saya
diundang makan dalam acara buka puasa oleh salah seorang saudagar
muslim yang sukses. Saya melihat banyak di antara mereka menyantap
hidangan yang tersedia dengan lahap dan sangat banyak sehingga, saya
berkeyakinan bahwa mereka pasti akan mengalami gangguan pencernaan pada
perut mereka. Kemudian waktu datang waktu Isya mereka berbondong-bondong
mengerjakan shalat Isya dan dilanjutkan dengan shalat Tarawih. Seketika
melihat itu, saya menyimpulkan dan berkeyakinan bahwa gerakan-gerakan
yang mereka lakukan di saat mengerjakan shalat sangat bermanfaat dalam
mengembalikan tenaga dan semangat serta menghindari mereka dari berbagai
macam penyakit yang mengancam mereka. Dari situlah saya yakin bahwa
agama Islam memang benar-benar bijaksana dalam Syariatnya”.[8]
[2] Hasan Ibn Ahmad al-Kaf, al-Taqrirat al-Sadidah Fi Masail al-Mufidah, vol. 1 (Dar al-Ulum: Surabaya 2004) h. 287.
[3] Al-Hafiz Abdullah al-Harariy, Bughyah al-Thâlib Lima’rifah al-Ilm al-Diniy al-Wajib, vol. 1 (Dar al-Masyari’ 2004) h. 281.
[4] Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam al-Bukhariy, Imam Muslim, Imam
Tirmidziy, Imam Ahmad, Imam Ibn Abi Syaybah, Imam al-Bayhaqiy, Imam
Hakim, Imam al-Thabaraniy, Imam Ibn Hibban dan lain-lain.
[5]
Lihat: Hasyiyah al-Fawâkih al-Dawâniy Alâ Risâlah Abi Zayd
al-Qayrawâniy, vol. 3 (Beirut: Dâr al-Fikr tt) h. 464; Hasyiyah
al-Adawiy Ala Syarh Kifâyah al-Thâlib al-Rabbâniy, vol. 3 (Beirut: Dâr
al-Fikr tt) h. 442; Abdurrahman al-Jazîriy, Kitâb al-Fiqh Ala
al-Madzâhib al-Arba’ah, vol. 1 (Beirut: Dâr al-Fikr 2002) h. 290; Wahbah
al-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuh, vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr
1989) h. 65-73.
[6] Bagi anda yang ingin mengetahui lebih luas
penjelasan argumen para ulama secara terperinci terkait masalah
tersebut, silahkan anda merujuk risalah: الجــواب الصحيح لمن صلى أربعا
بتسليمة من التراويــح, yang telah kami cetak pertama kali pada tanggal
12 Rabiul Awwal 1430 H bertepatan dengan tanggal 9 Maret 2009 M.
[1]Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar al-A’sqallâniy, Fath al-Bâriy Syarh al-Bukhâriy, vol. 4 (Beirut: Dâr al-Fikr 2000) h. 778.
[2] Abu Zakariyyâ Yahyâ Ibn Syarf Nawawiy al-Dimasyqiy, al-Minhâj Fi
Syarh Muslim Ibn Hajjâj, vol. 6 (Beirut: Dâr al-Fikr 200) h. 34.
[3] Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar al-A’sqallâniy, Fath al-Bâriy Syarh al-Bukhâriy, vol. 4 h. 779.
[4] Muhammad Ibn Ismâîl al-Shan’âniy, Subul al-Salâm Syarh Bulûgh al-Marâm, vol. 2 (Beirut: Dâr al-Fikr 1991) h. 22.
[5] Yusuf Ibn Ibrahim al-Ardabiliy, al-Anwar Li A’mal al-Abrar, vol. 1 (Mathbaah al-Jamaliyyah 1910) h. 80.
[6] Umar Ibn Muzhaffar Ibn Wardiy, Bahjah al-Hâwiy, ((Beirut: Dâr al-Fikr 1994) h. 31
[7] Muhammad Ilyas Marwal, Kritik atas pembid’ahan Shalat Tarawih 20 rakaat, (Jakarta: Pustaka Firdaus 2008) h. 24.
[8] Ali Ibn Ahmad al-Jurjâwiy, Hikmah al-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu, vol. 1 (Jedah: al-Harâmayn t.t) h. 150.
G. Jumlah Rakaat Dan Cara Mengerjakan Shalat Tarawih
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah rakaat shalat Tarawih.
Al-Habib Zayn Ibn Ibrahim Ibn Sumayt berpendapat bahwa jumlah rakaat
Shalat Tarawih minimal 2 rakaat. Maksimalnya 20 rakaat. Dikerjakan
khusus pada setiap malam bulan Ramadhan, baik secara sendiri-sendiri
ataupun berjamaah, tetapi lebih afdhal shalat Tarawih dikerjakan secara
berjamaah.[2]
Sedangkan menurut al-Hafizh Syaikh Abdullah
al-Harariy berpendapat bahwa: ”Shalat Tarawih adalah bagian dari Qiyam
Ramadhan. Siapa yang berniat mengerjakan Shalat Tarawih tidak boleh
kurang atau lebih dari 20 rakaat. Dengan alasan Tarawih merupakan sebuah
istilah yang telah terdefinisi dengan jelas, sebagai shalat yang
dikerjakan oleh para sahabat di zaman Sayidina Umar Ibn Khatthab khusus
pada bulan Ramadhan dengan 20 rakaat, 10 kali salam. Adapun bila
seseorang berniat mengerjakan shalat Qiyam Ramadhan, maka tidak ada
batasan rakaatnya. Artinya, boleh kurang atau lebih dari 20 rakaat.[3]
Khusus bagi penduduk kota Madinah boleh mengerjakan shalat Tarawih
lebih dari 20 rakaat. Sedangkan jumlah rakaat shalat Qiyam Ramadhan
tidak ada batasan yang signifikan (berarti penting) dalam bilangan
rakaatnya. Semakin banyak rakaat shalat Qiyam Ramadhan yang dikerjakan,
maka semakin banyak pahalanya. Tetapi yang paling afdhal mengerjakan
shalat Tarawih dengan 20 rakaat. Karena sesuai dengan amalan yang telah
dikerjakan oleh para sahabat, Tabiin dan para Salafus Sâlih.
Kalau kita mau jujur, dengan menelusuri dan mencermati pendapat para
ulama yang telah dikemukakan di atas, hampir semua sependapat dan
sepakat bahwa mengerjakan shalat Tarawih dengan 20 rakaat itu adalah
jumlah rakaat yang paling banyak dikerjakan oleh banyak umat Islam
termasuk di Masjid al-Haram Makkah sejak zaman Khalifah Umar Ibn
Khatthab sampai saat sekarang ini, dan hal itu tidak pernah berubah.
Sebagaimana telah ditegaskan oleh para imam Mujtahid; Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad Ibn Hambal dan hampir semua ulama
termasuk Syaikh Ibn Taymiyyah.
Siapa lagi yang pantas dan patut
kita teladani dalam mengamalkan suatu ibadah kalau bukan para ulama
Salafus Salih, merekalah yang lebih utama dari pada kita, karena mereka
hidup dalam masa yang lebih baik dari masa kita. Rasulullah bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُم .
Artinya”Manusia terbaik adalah mereka yang hidup pada masa aku hidup
(para sahabat) kemudian generasi selanjutnya (para Tabi’in) kemudian
generasi selanjutnya (pengikut Tabi’in).”[4]
Adapun hukum orang
yang mengerjakan shalat Tarawih kurang dari 20 rakaat, seperti 8
rakaat, maka ia tetap mendapat pahala Shalat Tarawih. Dengan catatan, 8
rakaat tersebut dikerjakan dengan salam pada tiap 2 rakaatnya. Namun
pahala yang ia dapat tidak seperti orang yang mengerjakan shalat Tarawih
dengan 20 rakaat. Apabila shalat Tarawih 8 rakaat itu dikerjakan dengan
cara 4 rakaat sekali salam-4 rakaat sekali salam, maka shalat
Tarawihnya tidak sah.
Bagi mereka yang mengerjakan di masjid
atau di mushalla shalat Tarawih dengan 8 rakaat dan ditambah 3 rakaat
shalat Witir, mereka pun masih bisa mendapatkan keafdholan pahala shalat
Tarawih dengan cara menyempurnakan bilangan rakaat shalat Tarawih di
rumah dengan menambahkan 12 rakaat, agar jumlah rakaat shalat Tarawih
mereka 20 rakaat.
Para Ulama bersepakat mengatakan berapapun
bilangan rakaat shalat Tarawih yang dikerjakan, setiap 2 rakaat diakhiri
dengan salam. Adapun pendapat sekelompok orang yang mengajarkan dan
mengamalkan shalat Tarawih dengan cara 4 rakat sekali salam, 4 rakaat
sekali salam, yang semarak dikerjakan banyak orang dan sudah terlanjur
mengakar, sehingga muncul kesan bahwa praktek seperti itulah yang benar
dan perlu ditradisikan. Padahal fakta ilmiah mengatakan cara seperti itu
tidak benar dan tidak sejalan dengan ajaran para ulama Salafus Shalih.
Sia-sia mengerjakan shalat Tarawih sebulan penuh, kalau ternyata praktek
ibadah yang dikerjakan menyalahi aturan Syariat. Ini yang disebut Sial
Dangkalan, sudah cape, tenaga terkuras, waktu terbuang, pahalanya kaga
ada. Laksana orang yang nimba kubangan (kobak) besar yang ada di sawah
untuk mendapatkan banyak ikan, ternyata ia tidak dapatkan ikan karena
kubangan itu sudah di cengkaling orang.
Para ulama Mazhab Imam
Malik dan Mazhab Imam Ahmad Ibn Hambal berpendapat:”Shalat Tarawih yang
dikerjakan 4 rakaat sekali salam itu hukumnya Makruh. Karena telah
meninggalkan kesunahan bertasyahhud dan memberi salam pada setiap 2
rakaat.[5] Sedangkan para ulama Mazhab Imam Syafii mengatakan: ”Shalat
Tarawih yang dikerjakan 4 rakaat sekali salam, hukumnya tidak sah”.[6]
Dengan alasan telah menyalahi istilah dan prosedur shalat Tarawih yang
sudah jelas definisinya.
[2] Hasan Ibn Ahmad al-Kaf, al-Taqrirat al-Sadidah Fi Masail al-Mufidah, vol. 1 (Dar al-Ulum: Surabaya 2004) h. 287.
[3] Al-Hafiz Abdullah al-Harariy, Bughyah al-Thâlib Lima’rifah al-Ilm al-Diniy al-Wajib, vol. 1 (Dar al-Masyari’ 2004) h. 281.
[4] Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam al-Bukhariy, Imam Muslim, Imam
Tirmidziy, Imam Ahmad, Imam Ibn Abi Syaybah, Imam al-Bayhaqiy, Imam
Hakim, Imam al-Thabaraniy, Imam Ibn Hibban dan lain-lain.
[5]
Lihat: Hasyiyah al-Fawâkih al-Dawâniy Alâ Risâlah Abi Zayd
al-Qayrawâniy, vol. 3 (Beirut: Dâr al-Fikr tt) h. 464; Hasyiyah
al-Adawiy Ala Syarh Kifâyah al-Thâlib al-Rabbâniy, vol. 3 (Beirut: Dâr
al-Fikr tt) h. 442; Abdurrahman al-Jazîriy, Kitâb al-Fiqh Ala
al-Madzâhib al-Arba’ah, vol. 1 (Beirut: Dâr al-Fikr 2002) h. 290; Wahbah
al-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuh, vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr
1989) h. 65-73.
[6] Bagi anda yang ingin mengetahui lebih luas
penjelasan argumen para ulama secara terperinci terkait masalah
tersebut, silahkan anda merujuk risalah: الجــواب الصحيح لمن صلى أربعا
بتسليمة من التراويــح, yang telah kami cetak pertama kali pada tanggal
12 Rabiul Awwal 1430 H bertepatan dengan tanggal 9 Maret 2009 M.
Dalam risalah الجـواب الصحيح لمن صلى أربعا بتسليمة من التراويــح,
penulis telah sebutkan lebih dari 75 kitab Mu’tabar dari berbagai cabang
ilmu, baik dari keterangan kitab Syarh hadis, fiqh, Ushul Fiqh dan
Taswwuf, yang menyatakan bahwa shalat Tarawih yang dikerjakan dengan 4
rakaat sekali salam itu tidak sah. Di antaranya:
ü Imam Nawawiy al-Dimasyqiy:
يَدْخُلُ وَقْتُ التَّرَاوِيْحِ بِالْفَرَاغِ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ
ذَكَرَهُ الْبَغَوِيُّ وَغَيْرُهُ وَيَبْقَى إِلَى طُلُوْعِ اْلفَجْرِ
وَلْيُصَلِّهَا رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ كَمَا هُوَ اْلعَادَةُ
فَلَوَْصَلَّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمةٍ لَمْ يَصِحَّ ذَكَرَهُ
الْقَاضِى حُسَيْنٌ فيِ فَتَاوِيْهِ ِلاَنَّهُ خِلاَفُ الْمَشْرُوْعِ قَالَ
وَلاَ تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ بَلْ يَنْوِى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ
أَوْ صَلاَةَ التَّرَاوِيحِ أَوْ قِيَامَ رَمَضَانَ فَيَنْوِيْ فِي كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ مِنْ صَلاَةِ التَّرَاوِيحِ . )المجموع شرح
المهذب : ج 4 ص : 38 (دار الفكر 2000)
Artinya:”Masuk waktu
shalat Tarawih itu setelah melaksanakan shalat Isya. Imam al-Baghawi dan
lainnya menyebutkan: “waktu tarawih masih ada sampai terbit fajar”.
Hendaklah seseorang mengerjakan shalat Tarawih dengan dua rakaat- dua
rakaat, sebagaimana kebiasaan shalat sunah lainnya. Seandainya ia shalat
dengan 4 rakaat dengan satu salam, maka shalatnya tidak sah. Hal ini
telah dikatakan oleh al-Qâdhi Husain dalam fatwanya, dengan alasan hal
demikian menyalahi aturan yang telah disyariatkan. Al-Qâdhi juga
berpendapat seorang dalam shalat Tarawih ia tidak boleh berniat mutlak,
tetapi ia berniat dengan niat shalat sunah Tarawih, shalat Tarawih atau
shalat Qiyam Ramadhan. Maka ia berniat pada setiap 2 rakaat dari shalat
Tarawih.
ü Imam Ahmad Ibn Hajar al-Haytamiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً , وَيَجِبُ فِيْهَا أَنْ تَكُوْنَ
مَثْنَى بِأَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , فَلَوْ صَلَّى
أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِشِبْهِهَا بِاْلفَرْضِ فِي طَلَبِ
الْجَمَاعَةِ فَلاَ تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ بِخِلاَفِ نَحْوِ سُنَّةِ
الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ . )فتح الجواد شرح الارشاد :ج 1
ص : 163 (مكتبة اقبال حاج ابراهيم سيراغ ببنتن 1971)
Artinya:
Shalat Tarawih itu 20 rakaat, wajib dalam pelaksanaanya dua-dua,
dikerjakan dua rakaat-dua rakaat. Bila seseorang mengerjakan 4 rakaat
dengan satu salam, maka shalatnya tidak sah karena hal tersebut
menyerupai shalat fardhu dalam menuntut berjamaah, maka jangan dirubah
keterangan sesuatu yang telah warid (datang). Lain halnya dengan shalat
sunah Zuhur dan Ashar (boleh dikerjakan empat rakaat satu salam) atas
Qaul Mu’tamad.
ü Imam Muhammad Ibn Ahmad al-Ramliy:
وَلَا تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ بَلْ يَنْوِي
رَكْعَتَيْنِ مِنْ التَّرَاوِيحِ أَوْ مِنْ قِيَامِ رَمَضَانَ .وَلَوْ
صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ إنْ كَانَ عَامِدًا عَالِمًا ،
وَإِلَّا صَارَتْ نَفْلًا مُطْلَقًا ؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ.)
نهاية المحتاج شرح المنهاج : ج 1 ص :127 (دار الفكر 2004)
Artinya: Tidak sah shalat Tarawih dengan niat shalat Mutlak, seharusnya
seseorang berniat Tarawih atau Qiyam Ramadhan dengan mengerjakan salam
pada setiap 2 rakaat. Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan 4
rakaat satu salam, jika ia sengaja-ngaja dan mengetahui maka shalatnya
tidak sah. Kalau tidak demikian maka shalat itu menjadi shalat sunah
Mutlak, Karena menyalahi aturan yang disyariatkan”.
ü Imam Ahmad Ibn Muhammad al-Qasthallaniy:
وَ فُهِمَ مِمَّا سَبَقَ مِنْ أَنَّها بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ أَنَّهُ
لَوْ صَلَّاهَا أَرْبَعًا أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ ، وَبِهِ
صَرَّحَ فِي الرَّوْضَةِ لِشَبَهِهَا بِالْفَرْضِ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ
فَلَا تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ . )ارشاد الساري شرح صحيح البخاري : ج 3 ص :
426 (دار الفكر 1984)
Artinya: “Dipahami dari ungkapan yang
lalu sesungguhnya shalat Tarawih itu pelaksanaannya dengan 10 kali
salam, Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan 4 rakaat sekali salam,
maka shalat Tarawihnya tidak sah. Seperti inilah keterangan yang telah
dijelaskan oleh Imam Nawawiy dalam kitab al-Rawdhah, Karena shalat
Tarawih menyerupai shalat fardhu dalam menuntut berjamaah (tiap 2 rakaat
melakukan Tasyahhud), maka jangan dirubah keterangan sesuatu yang telah
warid (datang).”
ü Imam Zakariya al-Anshariy:
وَسُمِّيَتْ كُلُّ أَرْبَعٍ مِنْهَا تَرْوِيحَةً لِأَنَّهُمْ كَانُوا
يَتَرَوَّحُونَ عَقِبَهَا أَيْ : يَسْتَرِيحُونَ ، وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا
بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِأَنَّهَا بِمَشْرُوعِيَّةِ الْجَمَاعَةِ
فِيهَا أَشْبَهَتْ الْفَرِيضَةَ فَلَا تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ . )فتح
الوهاب شرح منهج الطلاب : ج1 ص : 58 ( منارا قدس د ت)
Artinya:
Pada setiap 4 rakaat dinamai satu Tarwihah karena para sahabat
bersantai-santai setelahnya artinya beristirahat. Jika seseorang shalat
Tarawih 4 rakaat dengan satu salam maka tidak sah, karena anjuran
berjamaah pada shalat Tarawih menyerupai shalat fardhu, maka jangan
diubah aturan yang telah ada keterangannya.”
ü Imam Jalaluddin Muhammad al-Mahalliy:
( وَمَعْنَى الشَّرْعِيِّ ) الَّذِي هُوَ مُسَمَّى مَا صَدَقَ
الْحَقِيقَةُ الشَّرْعِيَّةُ ( مَا ) ، أَيْ : شَيْءٌ ( لَمْ يُسْتَفَدْ
اسْمُهُ إلَّا مِنَ الشَّرْعِ ) كَالْهَيْئَةِ الْمُسَمَّاةِ بِالصَّلَاةِ (
وَقَدْ يُطْلَقُ ) ، أَيْ : الشَّرْعِيُّ ( عَلَى الْمَنْدُوبِ ،
وَالْمُبَاحِ ) ، وَمِنْ الْأَوَّلِ قَوْلُهُمْ مِنْ النَّوَافِلِ مَا
تُشْرَعُ فِيهِ الْجَمَاعَةُ ، أَيْ : تُنْدَبُ كَالْعِيدَيْنِ . وَمِنْ
الثَّانِي قَوْلُ الْقَاضِي الْحُسَيْنِ لَوْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ
أَرْبَعًا بِتَسْلِيمِة لَمْ تَصِحَّ ؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ .)
شرح جمع الجوامع : ج 1 ص : 304 (مطبعة مصطفى البابي الحلبي 1973)
Artinya: Makna Syar’i itu dinamakan sesuatu yang berbetulan dengan
hakikat syara’ adalah sesuatu yang tidak dipahami namanya melainkan dari
syara’ seperti bentuk shalat. Digunakan juga makna syar’i itu atas
perbuatan yang mandub dan mubah, dari definisi pertama para ulama
berpendapat shalat sunah yang disyari’atkan berjamaah artinya disunahkan
berjamaah seperti shalat dua hari raya idul fitri dan idul Adha. Dari
definisi kedua ini perkataan al-Qadhi Husein yang mengatakan “Seandainya
ia mengerjakan shalat Tarawih dengan 4 rakaat dengan satu salam, maka
shalat Tarawihnya tidak sah”.
ü Imam Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthiy:
(وَيَقُوْمُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ بِعِشْرِيْنَ
رَكْعَةً) بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ بَيْنَ صَلاَةِ
اْلعِشَاءِ وَ طُلُوْعِ اْلفَجْرِ , فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا
بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ , كَمَا نَقَلَهُ فِي الرَّوْضَةِ عَنِ
الْقَاضِي حُسَيْنٍ وَأَقَرَّهُ ِلأَنَّهُ خِلاَفُ اْلمَشْـرُوْعِ .) شرح
التنبيه في فروع الفقه الشافعي : ج 1 ص : 134 (دار الفكر 1996)
Artinya: “Seseorang mengerjakan shalat Tarawih pada tiap malam bulan
Ramadhan dengan 10 kali salam pada tiap malam antara shalat Isya sampai
terbit fajar. Jika seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan satu salam
maka hukumnya tidak sah. Sebagaimana Imam Nawawi menukilkannya dalam
kitab Rawdhah dari al-Qadhi Husain dan beliau menetapkan hal itu karena
menyalahi aturan yang disyariatkan”.
ü Imam Zaynuddin al-Malibariy:
(وَ) صَلاَةُ (التَّرَاوِيْحِ) ، وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ، فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، لِخَبَرِ: مَنْ قَامَ
رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاْحتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ. وَيَجِبُ التَّسْلِيْمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، فَلَوْ صَلَّى
أَرْبَعًا مِنْهَا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ تَصِحَّ ، بِخِلاَفِ سُنَّةِ
الظُّهْرِ وَاْلعَصْرِ وَالضُّحَى وَاْلوِتْرِ. وَيَنْوِي بِهَا
التَّرَاوِيْحَ أَوْ قِيَامَ رَمضَانَ) . فتح المعين شرح قرة العين بمهمات
الدين : ص : 33( منارا قدس د ت)
Artinya: Shalat Tarawih 20
rakaat dengan 10 kali salam pada setiap malam di bulan Ramadhan. Karena
ada hadis: Siapa saja melaksanakan Qiyam Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala, maka dosanya yang terdahulu di ampuni. Wajib setiap 2
rakaat mengucapkan salam. Jika seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan
satu salam maka hukum shalat Tarawihnya tidak sah. Berbeda dengan shalat
sunah Zuhur, Ashar, Dhuha dan witir. Seharusnya bagi yang mengerjakan
shalat Tarawih, ia berniat dengan niat Tarawih atau Qiyam Ramadhan.
ü Imam Taqiyuddin al-Hashaniy
وَسُمِّيَتْ باِلتَّرَاوِيْحِ ِلأَنَّهُمْ كَانُوا يَسْتَرِيْحُوْنَ
بَعْدَ كُلِّ تَسْليْمَتَيْنِ وَيَنْوِي فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
التَّرَاوِيْحَ أوْ قِيَامَ رَمَضَانَ وَلَوْ صَلاَّهَا أَرْبَعًا
بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ . (كفاية الأخيار شرح غاية الأختصار : ج 1 ص :
91 (دار الفكر 2004)
Artinya; Dinamakan Tarawih karena para
sahabat melakukan istirahat pada setiap 2 kali salam (4 rakaat).
Seseorang yang melaksanakannya berniat pada tiap 2 rakaat dengan niat
Tarawih atau Qiyam Ramadhan. Bila ia shalat Tarawih dengan 4 rakaat satu
salam maka shalatnya tidak sah.
ü Imam Muhammad Ibn Qasim
اَلتَّرَاوِيحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ فيِ
كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَجُمْلَتُهَا خَمْسُ تَرْوِيْحَاتٍ,
وَيَنْوِيْ الشَّخْصُ بِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّرَاوِيْحَ أَوْ قِيَامَ
رَمَضَانَ, فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمَةٍ وَاحِدَةٍ
لَمْ تَصِحَّ . )فتح القريب المجيب شرح متن غاية والتقريب ص : 13 ( منارا
قدس د ت)
Artinya: Shalat Tarawih dikerjakan 20 rakaat, terdiri
dari 10 salam pada tiap malam bulan Ramadhan. Jumlahnya 5 tarwihah
(istirahat). Seseorang yang mengerjakannya ia berniat tiap 2 rakaat akan
shalat Tarawih atau Qiyam Ramadhan. Jika ia shalat Tarawih dengan 4
rakaat satu salam maka shalat Tarawihnya tidak sah .
ü Imam Murtadha Muhammad al-Zabidiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ
وَكَيْفِيَّتُهَا مَشْهُوْرَةٌ قَالَ النَّوَوِيُّ فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا
بِتَسْلِيمِة لَمْ يَصِحَّ. (اتحاف السادة المتقين شرح احياء علوم الدين :
ج 3 ص : 415 (دار الفكر د ت)
Artinya: Shalat Tarawih itu 20
rakaat dengan 10 kali salam. Tata caranya telah diketahui banyak orang.
Imam Nawawi berkata “Seandainya seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan
sekali salam, maka shalat Tarawihnya tidak sah.”
ü Imam Muhammad Amin Kurdiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ فِي
كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ, فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ
لَمْ يَصِحَّ , وَيُسَنُّ كَوْنُهَا جَمَاعَةً .) تنويرالقلوب في معاملة
علام الغيوب : ص : 199 (دار الفكر 1994)
Artinya; Shalat Tarawih
itu dikerjakan 20 rakaat dengan 10 salam. Bila seseorang shalat setiap 4
rakaat dengan satu salam maka shalatnya tidak sah. Disunahkan
pelaksanaannya berjamaah.”
ü Sayyid Muhammad Ibn Abdullah al-Jurdaniy
وَلاَ بُدَّ أَنْ تُفْعَلَ رَكْعَتَيْنِ لِأَنَّهَا وَرَدَتْ كَذَلِكَ ,
وَلَوْ أَحْرَمَ بِزِيَادَةٍ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ اَوْ بِنَقْصٍ عَنْهُمَا
لَمْ يَنْعَقِدْ اِحْرَامُهُ . )فتح العلام بشرح مرشد الأنام ج 2 ص : 27
(دار السلام 1988)
Artinya: Seharusnya shalat Tarawih itu
dikerjakan dengan cara 2 rakaat (satu salam) karena telah datang
keterangannya. Seandainya seseorang melakukan takbiratul ihram lebih
dari 2 rakaat atau kurang dari 2 rakaat dalam mengerjakan shalat Tarawih
maka shalat Tarawihnya tidak jadi (tidak sah).
ü Syaikh Ibrahim Ibn Muhammad al-Bayjuriy:
وَيُؤَيِّدُهُ مَا هُوَ ظَاهِرُ سِيَاقِ الْحَدِيْثِ مِنَ أَنَّ
اْلأَرْبَعَ رَكَعَاتٍ كَانَتْ بِسَلاَمٍ وَاحِدٍ, وَعَلَى كَوْنِهَا
كَانَتْ صَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ يَتَعَيَّنُ أَنَّهَا كَانَتْ
بِسَلاَمَيْنِ, ِلأَنَّ التَّرَاوِيْحَ يَجِبُ فِيْهَا السَّلاَمُ مِنْ
كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , وَلاَ يَصِحُّ فِيْهَا أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ بِسَلاَمٍ
وَاحِدٍ . )المواهب اللدنية على الشمائل المحمدية ص : 144 (الحرمين د ت)
Artinya;Ungkapan zohir hadis menguatkan hal itu, sesungguhnya 4 rakaat
dikerjakan dengan sekali salam. Apabila shalat tersebut adalah shalat
Tarawih menjadi keharusan 4 rakaat dikerjakan dengan 2 salam, karena
pelaksanaan shalat Tarawih hukumnya wajib salam pada tiap 2 rakaat.
Tidak sah shalat Tarawih dikerjakan 4 rakaat, sekali salam.
ü Syaikh Muhammad Nawawiy al-Bantaniy:
وَلاَ تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ بَلْ يَنْوِي رَكْعَتَيْنِ مِنَ
التَّرَاوِيْحِ اَوْ مِنْ قِـيَامِ رَمَـضَانَ اَوْ سُنَّةِ
التَّرَاوِيْحِ. وَلاَ يَصِحُّ اَنْ يُصَلِّيَ أَرْبَعًا مِنْهَا
بِسَـلاَمٍ بَلْ لاَ بُـدَّ اَنْ يَكُوْنَ كُلُّ رَكْعَتَيْنِ مِنْهَا
بِسَـلاَمٍ لِأَنَّهَا وَرَدَتْ كَذَلِكَ . )نهاية الزين شرح قرة العين
بمهمات الدين : ص : 114 (الحرمين 2005)
Artinya: “Shalat Tarawih
tidak sah bila dilakukan dengan niat shalat mutlak, tetapi seseorang
yang mengerjakannya berniat shalat Tarawih, shalat Qiyam Ramadhan atau
shalat sunah Tarawih. Tidak sah bila ia melakukan shalat Tarawih dengan 4
rakaat satu salam, bahkan semestinya yang ia lakukan adalah mengucapkan
salam pada tiap 2 rakaat karena begitulah keterangan yang datang.”
ü Syaikh Muhammad Mahfuz al-Termasiy
قَوْلُهُ: (فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا) اَيْ مَثَلًا فَالْمُرَادُ بِهِ
أَكْثَرُ مِنْ رَكْعَتَيْنِ قَوْلُهُ: (بِتَسْلِيْمَةٍ) اَيْ وَاحِدَةٍ
قَوْلُهُ: (لَمْ يَصِحَّ) أَيْ لَمْ تَنْعَقِدْ مَوْهَبَة ذي الفضل على شرح
ابن حجر الهيتمي للمقدمة بافضل ج 2 ص : 469 (المطبعة العامرة الشرفية بمصر
المحمية 1326 )
Artinya: "Perkataan Ibn Hajar: Bila seseorang
mengerjakan 4 rakaat seumpamanya, maka yang dimaksud adalah lebih dari 2
rakaat, dengan satu salam, maka hukum shalatnya tidak sah yakni batal
ü Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan al-Kediriy
وَاعْلَمْ اَنَّ صَلاَةَ التَّرَاوِيْحَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ ِمنْ رَمَضَانَ .وَكَيْفِيَّتُهَا
مَشْهُوْرَةٌ قَالَ النَّوَوِيُّ فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ ذَكَرَهُ اْلقَاضِى حُسَيْنٌ فِي فَتَاوِيْ
ِلاَنَّهُ خِلاَفُ الْمَشْرُوْعِ . (مناهيج الامداد شرح ارشاد العباد الى
سبيل الرشاد ج 1 ص : 240 (مطبعة المعهد الاحسان الجمفسي 2006)
Artinya: Ketahuilah sesungguhnya shalat Tarawih 20 rakaat dengan 10
salam pada tiap malam bulan Ramadhan. Tata caranya telah diketahui
banyak orang. Imam Nawawi berkata “Seandainya ia shalat dengan 4 rakaat
dengan satu salam, maka shalatnya tidak sah”. Hal ini telah dikatakan
oleh al-Qâdhi Husain dalam fatwanya, dengan alasan hal demikian
menyalahi aturan yang telah disyariatkan.
ü Habib Ahmad Ibn Umar al-Syathiriy
صَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً كُلَّ لَيْلَةٍ مِنْ
رَمَضَانَ, وَيَجِبُ اَنْ تَكُوْنَ مَثْنَى وَوَقْتُهَا مِنْ أَدَاءِ
صَلاَةِ الْعِشَاءِ اِلَى طُلُوْعِ الْفَجْرِ, فَيُسَلِّمُ حَتْمًا مِنْ
كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَلَوْ أَحْرَمَ بِأَكْثَرَ عَامِدًا عَالِمًا لَمْ
تَنْعَقِدْ وَاِلَّا اِنْعَقَدَتْ نَفْلاً مُطْلَقًا . (الياقوت النفيس في
مذهب ابن ادريس : ص : 43 (دار المعرفة 2005)
Artinya: Shalat
Tarawih dilaksanakan 20 rakaat pada setiap malam bulan Ramadhan. Dalam
pelaksanaannya wajib 2 rakaat-2 rakaat. Waktunya dari selesai
mengerjakan shalat Isya sampai terbit fajar. Seseorang dipastikan
memberi salam pada tiap 2 rakaatnya. Jika ia shalat lebih dari 2 rakaat
sengaja- ngaja dan tahu (itu tidak sah) maka shalat Tarawihnya rusak.
Tetapi bila ia tidak sengaja atau lantaran ketidaktahuannya maka Tarawih
yang dikerjakan dengan 4 rakaat sekali salam itu menjadi shalat sunah
mutlaq.
ü Syaikh Abdul Hamid Ibn Muhammad Ali Qudus
فَيَجِبُ التَّسْلِيْمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَلَوْْ صَلَّى أَرْبَعًا
مِنْهَا أَوْ أَكْثَرَ بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ تَصِحَّ أَصْلاً اِنْ كَانَ
عَامِدًا عَالِمًا وَاِلاَّ صَحَّتْ نَفْلاً مُطْلَقًا . (الأنوار السنية
شرح الدرر البهية : ص : 112 (الحرمين د ت)
Artinya; Wajib salam
pada setiap 2 rakaat. Bila seseorang shalat 4 rakaat atau lebih dengan
sekali salam maka shalat Tarawihnya tidak sah sama sekali, jika ia
sengaja-ngaja atau mengetahui itu. Jika tidak, maka shalatnya sah
menjadi shalat mutlaq.
ü Syaikh Ali Ma’shum al-Jokjawiy Kerapyak
وَاعْلَمْ أَنَّ صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ مَثْنَى مَثْنَى فِي مَذَاهِبِ
أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ, وَالشَّافِعِيَّةُ قَالُوْا : يَجِبُ
اَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَاِذَا صَلاَّهَا بِسَلاَمٍ
وَاحِدٍ لَمْ تَصِحَّ . (حجة اهل السنة والجماعة ص : 34 )
Artinya;Ketahuilah sesungguhnya shalat Tarawih itu dikerjakan dengan 2
rakaat-2 rakaat menurut pandangan Ahlu Sunah Wal jama’ah. Ulama mazhab
Syafii berkata;” Wajib, seseorang salam pada tiap 2 rakaat. Jika ia
mengerjakan shalat Tarawih 4 rakaat dengan 1 salam, maka hukum shalatnya
tidak sah.
ü Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Bekasi:
قوله : (يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ
) صَلاَتُهُ صَلَّىاللهُ عَليْهِ وسلم أَرْبَعًا يَحْتَمِلُ أَنَّهَا
سَلاَمَانِ وَتَشَهُّدَانِ بِدَلاَلَةِ فِعْلِهِ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَقَوْلِهِ : صَلاَةُ الَّليْلِ مَثْنَى مَثْنَى, وَحَقَّقَ
عُلَمَاءُ الشَّافِعِيَّةِ أَنَّ مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ
وَاحِدَةٍ بِنِيَّةِ التَّرَاوِيْحَ لَمْ يَصِحَّ لِمُخَالَفَتِهِ بِمَا
عَلَيْهِ حَدِيْثُ رَسُوْلِ اللهِ صلىالله عليه وسلم: صَلاَةُ اللَّيْلِ
مَثْنَى مَثْنَى وَعَمِلَهُ أَصْحَابُ اْلكِرَاِم رضيَ اللهُ تعالى عنَهُمْ
.) مِصْباح الظَّلاَم شرح بلوغ المرام من ادلة الأحكام : ج 2 ص : 142)
Artinya: Perkataan (Nabi shalat 4 rakaat, maka jangan kau tanya
bagaimana bagus dan panjangnya) shalat Nabi 4 rakaat mengandung
kemungkinan 4 rakaat, itu dengan cara 2 salam dan 2 tasyahhud. Dengan
adanya perbuatan dan perkataan Nabi “ Shalat malam itu 2 rakaat 2
rakaat. Ulama Mazhab Syafi’i telah mentahqiq sesengguhnya siapa saja
yang shalat 4 rakaat sekali salam dengan niat Tarawih maka tidak sah.
Karena menyalahi hadis Rasulullah “ Shalat malam itu dua dua” dan juga
menyalahi amalan para sahabat mulia yang Allah telah berikan
keridhaanNya kepada mereka.”
ü Syaikh Muallim Muhammad Syafii Hadzami
Tidak dikenal ikhtilaf (perbedaan) antara Imam-Imam mujtahidin yang
empat hal bilangan atau jumlah rakaat Qiyam Ramadhan (Shalat Tarawih)
melainkan sebagai berikut :
1) 20 rakaat menurut mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad Ibn Hambal.
2) 36 rakaat merupakan salah satu riwayat Imam Malik bagi penduduk Madinah.
Syaikh Abdul Wahhab al-Sya’râniy pun menyebutkan hal ini dalam kitab al-Mîzân al-Kubrâ sebagai berikut:
وَمِنْ ذَلِكَ قَوْلُ أَبِي حَنِيْفَةَ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ اَنَّ
صَلاَةَ التَّرَاوِيْحَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً
وَاِنَّهَا فِي الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مَعَ قَوْلِ مَالِكٍ فِي اِحْدَى
الرِّوَايَاتِ عَنْهُ اِنَها سِتَّةٌ وَثَلاَثُوْنَ رَكْعَةً (الميزان
الكبرى ج 1 ص : 185 دار الفكر د ت)
Artinya: Sebagian dari yang
demikian adalah Qaul Imam Abi Hanifah, Imam Syafii dan Imam Ahmad bahwa
Shalat Tarawih di dalam Bulan Ramadhan adalah 20 rakaat dan sesungguhnya
berjamaah itu lebih utama disertai Qaul Imam Malik dalam satu riwayat
darinya adalah 36 rakaat.
Kaifiyyah 20 rakaat yaitu dikerjakan
dengan sepuluh salam dan memberi salam pada tiap dua rakaat. Kata Imam
Nawawi dalam kitab Rawdhah” jika seseorang bersembahyang Tarawih 4
rakaat dengan satu salam niscaya tidak sah, karena menyalahi yang
disyariatkan.[1]
ü Syaikh Usman Ibn Muhammad Askar
Jumlah Rakaat shalat Tarawih
Bapak : ”Berapakah rakaat sempurna shalat Tarawih itu”?
Anak : ”20 rakaat. Namun bagi penduduk Madinah, mereka boleh
mengerjakannya lebih dari 20 rakaat hingga 36 rakaat. Cara
mengerjakannya tip-tiap 2 rakaat diakhiri dengan salam. Setelah selesai
shalat Tarawih hendaknya ditutup dengan shalat witir”.
Bapak : ”Bagaimana hukumnya jika shalat Tarawih dilaksanakan kurang dari 20 rakaat”?
Anak : ”Tetap mendapat pahala. Namun tidak seperti pahala shalat Tarawih 20 rakaat”.
Bapak : ”Bolehkah shalat Tarawih dikerjakan 4 rakaat-4 rakaat dengan satu tasyahhud (salam)”?
Anak : ”Hukumnya tidak sah, sesuai dengan yang dijelaskan para ulama dalam kitab fiqh”.[2]
ü Prof. Dr Syifa Hasan Hito
صَلاَةُ التَّرَاِويْحِ وَتُسَمَّى قِيَامَ رَمَضَانَ وَهِيَ عِشْرُوْنَ
رَكْعَـةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ بِاْلأِجْمَاعِ , وَلاَ يَصِحُّ
الْوَصْلُ بَيْنَ أَرْبَعٍ مِنْهَا . )امتاع الأسماع شرح أبي شجاع : ج 1 ص :
85 (دار الضياء 2005)
Artinya; Shalat Tarawih juga dinamakan
Qiyam Ramadhan. Shalat Tarawih itu 20 rakaat dengan 10 kali salam dengan
adanya ijma’. Tidak sah bila menggabung 4 rakaat dengan satu salam.
ü K.H Abdurrahman Nawi Tebet
Shalat Tarawih hukumnya Sunah muakkadah. Bilangan rakaatnya yaitu:
1) Bagi kita 20 rakaat (ijma’ para sahabat).
2) Bagi Ahli Madinah 36 rakaat.
Waktunya Ba’da Shalat Isya hingga fajar shodiq.
Perhatian!!!
1) Dilakukan dengan 10 salam.
2) Tidak sah dilakukan 4 rakaat satu salam.
3) Sunah dijamaahkan.[1]
Demikianlah sebagian Nash (redaksi) kitab-kitab para ulama yang
menjelaskan shalat Tarawih yang dikerjakan 4 rakaat sekali salam,
hukumnya tidak sah. Masih banyak kitab-kitab para ulama yang belum
sempat penulis membaca dan menelitinya. Kitab-kitab tersebut sangat
perlu dibaca dan ditekuni dengan benar dan hasil Talaqqiy (berhadapan
langsung) dengan para ulama dan bukan Istbdâd (keras kepala)
Tambahan:
Pendapat yang mengatakan bahwa shalat Tarawih dikerjakan dengan 4
rakaat sekali salam hukumya tidak sah memiliki dalil yang kuat dan tidak
bisa ditolak. Dalil-dalilnya sangat jelas dapat ditemukan dalam
kitab-kitab Mu’tabar. Bagaikan sinar matahari yang terlihat sangat
jelas, tidak ada manusia yang memungkiri jelasnya sinar matahari itu,
kecuali orang yang sakit mata. Barang yang sangat jelas menjadi tidak
kelihatan karena ada penyakit pada matanya. Makanan yang enak dan lezat
yang semua orang berselera menikmatinya menjadi tidak enak karena ada
penyakit pada mulutnya. Sebagaimana Imam Muhammad Ibn Said al-Bushiriy
mengatakan:
قَدْ تُنْكِرُ الْعَيْنُ ضَوْءَ الشَّمْسِ مِنْ رَمَدٍ ** ويُنْكِرُ الفَمُ طَعْمَ الْمَاءِ مِنْ سَقَمِ
Artinya: ” Terkadang mata seseorang mengingkari cahaya matahari karena
matanya sakit (rebekan), dan mulut seseorang akan mengingkari ni’matnya
air dari sebab mulutnya sakit (sariawan).”
Begitu juga karena
sangat jelas keterangan yang para ulama berikan, tidak ada orang yang
menolak pendapat tersebut, kecuali orang-orang yang ada penyakit dalam
dirinya. Nama penyakitnya adalah kebodohan yang dibungkus oleh kain
hasud (dengki).
Menyikapi hal ini, kita wajib hindari pelaksanaan
shalat Tarawih yang dikerjakan dengan cara 4 rakaat sekali salam, 4
rakaat sekali salam. Apabila ada masjid atau mushalla dalam pelaksanaan
shalat Tarawih dikerjakan dengan cara seperti itu, maka wajib bagi kita
memberi tahu kepada mereka bahwa perbuatan mereka menyalahi aturan
Syariat. Jika mereka tidak mau merubahnya maka kita wajib mencari tempat
yang mengerjakan shalat Tarawih dengan tiap 2 rakaat salam, atau kita
mengerjakan shalat Tarawih di rumah saja.
TAMBAHAN : Ada dua
kemusykilan yang saya tanyakan apabila menjalankan sholat witir dengan
cara tiga roka'at secara langsung, yaitu : 1). mana dalilnya yang
menjelaskan tentang membaca surat pada roka'at ketiga selaian surat
al-Fatihah...2). Apabila di lakukan secara berjama'ah, maka mana
dalilnya bacaan jahr pada roka'at ketiga, walaupun membaca jahr atau
sirr itu sunnah hukumnya...
Diskusi : https://www.facebook.com/groups/forsil.jabodetabek/permalink/280744555397275/Banyak orang mengerjakan shalat Tarawih dengan
مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ
Artinya;
جاكرتا , 6 صفر 1430هــ
ثلاثاء , 3 فبراير 2009 م
أبويا كياهي الحاج سيف الدين أمسير
[1] Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, Tirmidziy, al-Hakim dan al-Bayhaqiy.
_________
Shalat Tarawih.
A. Pengertian Tarawih Secara Etimologi
Artinya: Shalat jamaah yang
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
Artinya; Dari Siti A’isyah sesungguhnya Rasulullah pada
وَأَمَّا تَسْمِيَتُهَا بِالتَّرَاوِيحِ فَكَأَنَّ
Artinya; Adapun penamaan
Artinya:”Masuk waktu
Artinya:
Artinya: “Dipahami dari ungkapan yang
Artinya:
Artinya: Shalat Tarawih 20
Artinya; Dinamakan Tarawih karena para
Artinya: Shalat Tarawih dikerjakan 20 rakaat, terdiri
Artinya: Shalat Tarawih itu 20
Artinya; Shalat Tarawih
Artinya: Seharusnya shalat Tarawih itu
Artinya: “Shalat Tarawih
Artinya: "Perkataan Ibn Hajar: Bila seseorang
Artinya: Shalat
Artinya; Wajib salam
Artinya: Sebagian dari yang
Artinya; Shalat Tarawih juga dinamakan
قَدْ تُنْكِرُ الْعَيْنُ ضَوْءَ الشَّمْسِ مِنْ رَمَدٍ ** ويُنْكِرُ الفَمُ طَعْمَ الْمَاءِ مِنْ سَقَمِ
Dokumen : https://www.facebook.com/notes/forsil-aswaja-nusantara/0305-komentar-abuya-saifuddin-amsir-tentang-shalat-tarawih-formasi-443/285220341616363
Belum ada Komentar untuk "0306 : Formasi Shalat Tarawih 4 4 3"
Posting Komentar