0295 : BAHAYA RIYA

Al Faqir Namaku Antok
BAHAYA RIYA'

Dalam al-Mustad­rak, diriwayatkan, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang akan diputuskan perkaranya pada hari Kiamat adalah seorang yang mati sya­hid. Orang itu dibawa ke hadapan Allah dan Dia memberitahukan karunia-karu­nia-Nya dan dia pun memberitahukan kepada Allah nikmat-nikmat yang di­dapat­kannya selama di dunia. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Apakah yang engkau lakukan dengan karunia itu?”

Ia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku gugur.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Engkau telah dusta. Engkau berperang agar dipuji oleh orang lain, ‘Ia pemberani.’ Dan sungguh itu sudah dikatakan orang.”

Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Lalu malaikat diperintahkan untuk membawa orang ter­sebut dalam keadaan wajahnya ter­sungkur hingga dilemparkan ke dalam neraka.”

Kemudian orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya dan ia gemar mem­baca Al-Qur’an. Orang itu dibawa ke hadapan Allah dan Dia memberitahu­kan karunia-karunia-Nya dan dia pun memberitahukan kepada Allah nikmat-nikmat yang didapatkannya selama di dunia. Allah SWT berfirman, “Apakah yang engkau lakukan dengan karunia itu?”

Orang itu menjawab, “Aku belajar ilmu di jalan-Mu dan mengajarkannya dan aku pun gemar membaca Al-Qur’an karena-Mu.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Engkau telah dusta. Engkau belajar ilmu agar dipuji orang, ‘Ia orang alim.’ Dan engkau gemar membaca Al-Qur’an agar dipuji orang, ‘Ia qari.’ Dan orang sudah memuji itu.”

Lalu malaikat diperintahkan untuk membawa orang tersebut dalam keada­an wajahnya tersungkur hingga dilem­par­kan ke dalam neraka.

Kemudian seorang yang Allah beri kelapangan dan dikaruniai berbagai ma­cam harta benda. Orang itu dibawa ke hadapan Allah dan Dia memberitahukan karunia-karunia-Nya dan dia pun mem­beritahukan kepada Allah nikmat-nikmat yang didapatkannya selama di dunia. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Apakah yang eng­kau lakukan dengan karunia itu?”

Orang itu menjawab, “Tidaklah sesuatu pun yang aku ketahui Engkau menyukai bila aku berinfak padanya, maka aku infakkan hartaku padanya.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Engkau telah berdusta. Engkau melakukan itu agar dipuji orang, ‘Ia seorang yang teramat dermawan.’ Dan orang sudah memuji itu.”

Lalu malaikat diperintahkan untuk mem­bawa orang tersebut dalam keada­an wajahnya tersungkur hingga dilem­par­kan ke dalam neraka.”

Orang pertama yang akan berdiri di hadapan Allah subhanahu wata’ala untuk kemudian dilemparkan ke dalam neraka adalah seorang alim yang berilmu!!!

Perhatikanlah! Orang yang pertama kali masuk ke dalam neraka adalah orang yang berilmu, sebelum iblis, Fir‘aun, dan Haman. Seorang muslim yang berilmu dihadapkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala dan Dia bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau kerjakan, wahai hamba-Ku?”

Orang alim itu menjawab, “Wahai Tuhanku, aku menuntut ilmu karena-Mu.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Engkau berdusta. Engkau menuntut ilmu agar disebut-sebut sebagai orang alim dan engkau mengajar supaya disebut-sebut sebagai mu`allim (guru) dan engkau sudah disebut seperti itu.”

Allah subhanahu wata’ala pun berfirman kepada para malaikat, “Bawalah orang ini ke neraka.” Dan ia pun dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tersungkur.

Kemudian dihadapkan lagi ahli se­dekah dan Allah subhanahu wata’ala bertanya kepada­nya, “Apa yang telah engkau kerjakan?”

Orang itu menjawab, “Wahai Tuhan­ku, aku banyak berinfak di jalan-Mu dan berbuat berbagai kebajikan karena-Mu.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Engkau ber­dusta. Sesungguhnya engkau bersede­kah agar disebut-sebut sebagai orang yang dermawan, pemurah, dan ahli se­dekah, dan orang sudah menyebut-nyebut itu.”

Allah subhanahu wata’ala pun berfirman kepada para ma­laikat, “Bawalah orang ini ke neraka.”

Setelah itu dihadapkan lagi seorang yang berperang di tengah-tengah dua pasukan yang saling bertempur. Dia se­orang muslim dan gugur dalam jihad, lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau kerjakan?”

Orang itu menjawab, “Wahai Tuhan­ku, aku berperang karena-Mu dan aku gugur di jalan-Mu.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Engkau ber­dusta. Sesungguhnya engkau berpe­rang agar disebut-sebut sebagai pembe­rani dan engkau rela mati di medan pe­rang agar disebut-sebut sebagai syahid dan orang-orang sudah menyebut-nye­but itu.”

Allah subhanahu wata’ala pun berfirman kepada para malaikat, “Bawalah orang ini ke neraka.” Dan ia pun dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tersungkur.

Hadits ini telah meluluhlantahkkan segenap pembaringan para shalihin ka­rena hadits ini menjelaskan bagaimana manusia akan menyaksikan hakikat per­buatan dirinya yang sesungguhnya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

==================>>

riya adalah beramal karena ingin dipuji, dan bukan karena Allah.

Allah SWT tidak sedikit pun menghi­langkan iman orang-orang yang beriman dan amal orang-orang yang beramal, akan tetapi Allah SAW tidak menerima bila didustakan. Dia tidak menerima bila hamba-hamba-Nya beribadah kepada-Nya dengan kebohongan dan penipuan. Engkau berkata, “Iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in (Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu-lah kami memohon pertolongan),” sedangkan hatimu sibuk dengan orang-orang di sekitarmu. Sibuk untuk menda­patkan kedudukan di hati makhluk-Nya. Ibadahmu kepada Allah engkau perun­tukkan kepada makhluk-Nya.

riya' akan sirna dengan mengagungkan Allah swt, merindukan Allah swt, karena hal itu akan menerangi hati, dan jika hati kita terang dg cahaya Allah, maka sirnalah seluruh kehinaan di hati.

juga dengan tafakkur, mengingat detik kematian, mengingat batu nisan yg bertuliskan nama kita yg ditancapkan diatas kepala kita di makam kita kelak, mengingat tanah yg akan menjadi dinding kubur kita dalam kesendirian, dan hanya Allah Yang Maha Tunggal yg ada saat itu.

mengenai riya, merupakan salah satu penyakit hati yg selalu ada dalam setiap jiwa manusia, namun yg kita perlu arahkan adalah agar sifat riya mengarah kepada Allah swt,

riya adalah suatu keinginan bahwa perbuatan kita dilihat yg lain, maka bila kita arahkan riya ini untuk Allah semata, maka selamatlah kita dari riya yg tercela,

maka kuatkanlah hati kita untuk selalu ingin dilihat oleh Allah dalam beribadah, hadirkan Allah swt, katakan dalam hati : "wahai Allah lihatlah aku.. lihatlah sujudku.. lihatlah dzikirku, lihatlah sujudku yg kuperindah hanya untukmu..
maka kita akan sibuk dengan Allah.. setelah itu akan runtuhlah kemuliaan tatapan orang lain atas ibadah kita, kita tidak lagi perduli dengan manusia2 yg memandangi ibadah kita.. karena kita sibuk dan asyik ingin dilihat Allah..
nah.. inilah salah satu `cara mengobati riya yg tercela.


LINK DISKUSI :
https://www.facebook.com/groups/forsil.jabodetabek/permalink/281308812007516/
Dokumen : https://www.facebook.com/notes/forsil-aswaja-nusantara/0295bahaya-riya/282599231878474
Forsil Aswaja Tujuan didirikannya Group Forsil Aswaja Nusantara adalah untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah dengan menganut salah satu dari madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali) serta mempersatukan langkah para 'Ulama beserta pengikut-pengikutnya dan melakukan kegiatan-kegiatan Majelis Ta'lim dan Silaturahmi yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan mayarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat serta martabat manusia.

Belum ada Komentar untuk "0295 : BAHAYA RIYA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel