Ngaji Hikam Part 20

NGAJI HIKAM #20

Oleh Ulil Abshar-Abdalla

Bismillahirrahmanirrahim

Mari Ngaji Hikam #20 ini kita mulai dengan menghadiahkan Fatehah kepada Syekh Ibn Ataillah (qs0, kepada ayah dan sekaligus guru saya Kiai Abdullah Rifai, dan ibu saya Nyai Salamah.
Mari kita mulai. Bismillah...

Catatan: Seperti sudah saya katakan kemaren, hingga Selasa depan, saya masih di luar negeri, sehingga pengajian malam ini hingga tiga malam berikutnya berlangsung secara “in absentia”.
---------------------------------
TUHAN KERAP HADIR SECARA TAK TERDUGA-DUGA

Syekh Ibn Ataillah berkata:

Kaifa yutasawwaru an yahjubahu syai’un wa huwa ‘l-ladi adzhara kulla syai’in? Kaifa yutashawwaru an yahjubahu syai’un wa huwa ‘l-ladzi dzahara bi kulli syai’in? Kaifa yutashawwaru an yahjubahu sya’iun wa huwa ‘l-ladzi dzahara fi kulli saya’in?

Terjemahan:
Bagaimana Dia bisa terhalang oleh sesuatu (sehingga tak tampak kepada hamba-Nya), padahal Dialah yang menjadikan segala sesuatu tampak?
Bagaimana Dia bisa dihalang-halangi oleh sesuatu, sementara Dia lah yang justru menampakkan Diri lewat sesuatu itu? Bagaiama Dia bisa dihalang-halangi oleh sesuatu sementara Dia lah yang tampak di dalam segala sesuatu?

Ini adalah salah satu meditasi Syekh Ibn Ataillah yang maknanya sangat mendalam. Renungan ini bisa kita pahami melalui dua pengertian: pengertian umum dan khusus.

Pengertian umum. Kebenaran dengan K besar tak bisa dihalang-halangi oleh apapun. Sebab Dia tampak dan mewujud melalui segala sesuatu, di dalam segala sesuatu. Kebenaran itu ada di mana-mana, dan bisa dijumpai melalui dan dalam segala hal yang ada di dunia ini. Bagi seorang beriman, seorang yang tak terpenjara oleh “kekafiran” materialisme, segala hal adalah wahana melalui mana Dia Yang Maha Benar menampakkan diri kepada manusia. Ini yang disebut dalam ilmu kerohanian Islam sebagai tajalli, “epiphany”.

Tuhan adalah Dia yang membuat sesuatu muncul dari kegelapan ke kondisi terang-benderang sehingga bisa terlihat, tampak. Karena itu, tak ada sesuatu pun yang bisa menghalangi penampakan-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap mendapatkan pemahaman dan kebijaksanaan hidup melalui hal-hal yang sederhana. Kadang-kadang Tuhan menyampaikan pengertian kepada kita melalui jalan yang tak terduga-duga. 

Perjumpaan kita dengan seorang kawan lama yang sudah menghilang bertahun-tahun, bisa menjadi wasilah atau instrumen melalui mana Tuhan hendak menyampaikan pengertian tentang kebijaksanaan hidup kepada kita.

Kadang-kadang, kita menjumpai dan merasakan kehadiran Kebenaran, “divine presence”, al-hudur al-ilahi, melalui kegiatan-kegiatan yang dari luar tak tampak sebagai kegiatan yang biasa diberikan label ibadah. Kadang-kadang kita malah tak merasakan kehadiran-Nya saat salat. Ini memang pengalaman yang aneh. Sebab Tuhan adalah Dia yang kehadirannya tak bisa diduga-duga. Tak ada sesuatu apapun di dunia ini yang bisa menutup jalan kehadiran-Nya jika Dia menghendaki untuk hadir dan menampakkan Diri kepada hamba-Nya.

Banyak tindakan yang labelnya ibadah, tetapi justru kosong makna, hampa, tanpa kehadiran Yang Maha Benar. Sementara itu, banyak tindakan yang tampaknya sangat duniawi, sama sekali tak kelihatan sebagai kegiatan keagamaan, tetapi justru Tuhan menampakkan Diri-Nya di sana.

Ini sejatinya mengajarkan kepada kita "ethics of humility", sikap rendah hati. Kegiatan ritual yang secara taat kita lakukan setiap hari, jangan membuat kita sombong dan menyombongi orang lain, sebab, belum tentu ritual semacam itu membuat kita merasakan kehadiran Tuhan.

Sementara itu, seseorang yang dalam penampakan luarnya terlihat sibuk dengan kegiatan duniawi, belum tentu dia kurang "spiritual" dibanding orang-orang lain yang setiap harinya berlumuran dengan ibadah.
Sebab Tuhan hadir secara tak terduga-duga. Dia hadir melalui segala sesuatu, dan di dalam segala sesuatu. Dan kehadiran-Nya tak bisa dicegah, dihalang-halangi oleh apapun.

Pengertian khusus. Bagi seorang yang sudah mencapai tahap ma’rifat, tahap pemahaman mengenai hakekat dan rahasia ketuhanan, tak ada wujud di dunia ini selain Dia. Wujud yang hakiki hanyalah ada pada Tuhan. 

Selebihnya adalah wujud yang semu. Bagaimana mungkin wujud yang semu bisa menghalangi Wujud Yang Hakiki? Bagaimana mungkin bulan menghalangi sinar matahari, sementara cahaya bulan berasal secara derivatif dari matahari?

Wali besar dari Baghdad Syekh Abdul Qadir Jilani (w. 1166) mendendangkan sebuah kasidah indah yang disebut dengan kasidah Ainiyyah:

Tajallaita fi 'l-asy-ya’i khina khalaqtaha
Fa-ha hiya mithat ‘anka fiha ‘l-baraqi’u

Tuhan, Engkau menyingkapkan diri
Ketika mencipta segala sesuatu.
Dan kini, telekung yang menutupi Engkau,
Tersingkap dari segala sesuatu yang Engkau ciptakan itu.

Catatan: Telekung: mukena, pakaian yang dipakai perempuan saat salat/sembahyang.

Dalam sebuah hadis qudsi yang terkenal di kalangan para sufi, Tuhan berfirman: Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, dan Aku ingin diketahui, lalu Aku ciptakan segala bentuk ciptaan.

Tuhan, dalam konsepsi kaum sufi, adalah rahasia yang tersembunyi. Tetapi Tuhan tak mau terus menerus berada dalam keadaan tersembunyi. Dia ingin agar rahasia-Nya tampak kepada orang lain. Lalu alam raya ini Ia ciptakan. Tuhan yang Maha Tersembunyi, Maha Gaib itu ingin menampakkan diri-Nya melalui dan dalam semburat warna-warni ciptaan-Nya.

Apa pelajaran dari hikmat Syekh Ibn Ataillah ini? Kebenaran, jika sudah ingin menampakkan diri, tak ada sesuatu apapun yang bisa menghalangi penampakannya. Ada saat-saat krusial dalam kehidupan manusia yang disebut “moment of truth”, momen ketika kebenaran menyingkapkan diri tanpa bisa dihalang-halangi oleh siapapun. Orang Jawa mengenal kebijaksanaan ini melalui filosofi “becik ketitik, ala ketara,” yang benar, cepat atau lambat, pasti akan muncul ke permukaan, meskipun segala daya upaya dilakukan oleh para pembencinya untuk menghalangi-halangi. "The truth is unstoppable when it ripens." Kebenaran, ketika sudah masak dan tiba waktunya untuk dipetik, tak akan bisa dihentikan oleh siapapun.

Begitu juga dalam kehidupan spiritual: Jika Tuhan sudah ingin menampakkan diri kepada seseorang, tak sesuatu apapun yang bisa menghalangi-Nya. Ketika Tuhan hendak melakukan “tajalli”, menampakkan diri kepada hamba-Nya, segala hal, bahkan hal-hal yang tampak remeh-temeh, bisa menjadi instrumen dan alat untuk penampakan-Nya.[]

Bersambung.......


Oleh : Mbah Panglima Jampari (10 Oktober 2015 - 07:44)

Sumber : https://web.facebook.com/notes/forsil-aswaja-nusantara-fan-/0020-ngaji-hikam-20/559172380899613
Forsil Aswaja Tujuan didirikannya Group Forsil Aswaja Nusantara adalah untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah dengan menganut salah satu dari madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali) serta mempersatukan langkah para 'Ulama beserta pengikut-pengikutnya dan melakukan kegiatan-kegiatan Majelis Ta'lim dan Silaturahmi yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan mayarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat serta martabat manusia.

Belum ada Komentar untuk "Ngaji Hikam Part 20"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel