0263 : SALAFIYYUN WAHABIYYUN TIDAK BERARTI BAHWA MEREKA PENGIKUT AS-SALAF ASH-SHALIH
Ditulis
Tjan Tjip
Kamis, 09 Januari 2014
SALAFIYYUN WAHABIYYUN TIDAK BERARTI BAHWA MEREKA PENGIKUT AS-SALAF ASH-SHALIH
Ada orang yang berkata bahwa jika saya mengkritik atau menghujat kaum
salafy-wahaby, berarti saya menghujat ulama salafush shalih. Benarkah
klaim seperti itu?
Kaum salafy-wahaby selalu mengkait-kaitkan diri mereka dengan ulama
salafush shalih dalam pembelaan diri mereka. Mereka mengatakan bahwa
istilah Salafy’ bukanlah istilah baru, tetapi berasal dari kata Salaf’.
Benarkah pembelaan diri mereka?
Muncul banyak pertanyaan di
benak kami. Apakah istilah selalu menunjukkan pemikiran dan fakta?
Ataukah istilah itu terkadang hanyalah kamuflase, propaganda, dsb?
Benarkah kaum salafy
punya kaitan erat dengan ulama salafush shalih, sehingga jika saya
mengkritik salafy,berarti saya mengkritik Imam Hanafi, Imam Malik, Imam
Asy-Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Bukhari, dll?
Di mana hubungan kesamaan kaum salafy dengan para ulama salafush shalih?
Kita tahu bahwa salah satu nama Nabi Muhammad yang paling terkenal
adalah Ahmad. Apakah dengan menamakan kelompoknya sebagai Ahmadiyah’
kemudian itu melegitimasi alirannya?
Bahkan di Indonesia, ada suatu organisasi bernama Muhammadiyyah.
Apakah itu juga melegitimasi segala pemikirannya?
Ahmadiyah, ternyata tak punya hubungan dengan Ahmad bin Abdullah Saw sang
utusan Allah. Begitu juga Muhammadiyah. Karena faktanya, Muhammadiyah
hanya punya hubungan sampai kepada Muhammad Abduh. Lalu sampai mana
hubungan kaum Salafy?
Paling jauh, mereka mengklaim
diri mereka punya hubungan dengan Ibnu Taymiyyah. Jangan sekali-kali
menghubungkan mereka dengan Ahmad bin Hanbal, karena mereka bisa marah.
Kenapa? Karena mereka bukanlah kaum yang taqlid kepada salah satu
madzhab.
Apakah Ibnu Taymiyyah merupakan ulama
salafush shalih? Ulama salaf biasanya dikaitkan dengan ulama dari
kalangan shahabat, tabi’in,dan tabi’it tabi’in. Paling jauh,ulama salaf
itu hanya sampai kepada ulama shalih yang hidup sebelum tahun 300 H.
Ibnu Taymiyah hidup sekitar tahun 600 H. Di mana letak kesalafannya?
Apakah pemikirannya? Ibnu Taymiyah, sebelum dia bertaubat, telah
beraliran mujassimah (antropomorphic).
Aliran seperti ini
mempunyai akar pada ajaran Kabbalah. Kita tahu bahwa Yahudi, sejak
wafatnya Rasul, terus berusaha menciptakan aliran-aliran dan
kelompok-kelompok untuk merusak aqidah ummat seperti Syi’ah. Jika pada
abad keenam hijriyah muncul lagi aliran mujassimah, itu bukanlah hal baru dalam perjalanan misi Yahudi.
Pemikiran ajaran Kabbalah yang diantaranya adalah antropomorphic dapat
kita lihat dalam kitab Taurat yang telah mereka ubah dan mereka susupi
dengan ajaran Kabbalah. Di antara ayat-ayat tersebut,mereka
menggambarkan Tuhan itu layaknya manusia. Ketika mereka
mendengar bunyi langkah TUHAN Allah,yang berjalan-jalan dalam taman itu
pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap
TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah
memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya:Di manakah engkau?
[Kejadian 3:8-9]
Lalu di mana letak kesamaan
pemikiran Salafy dengan salafush shalih? Apakah tidak bermadzhabnya
mereka merupakan bukti bahwa mereka pengikut salafush shalih, atau
justeru merupakan bukti bahwa mereka berbeda dengan slafush shalih?
Siapakah Qadhi Iyadh? Beliau adalah ulama besar dari kalangan Maliki.
Siapakah Imam Nawawi? Beliau adalah ulama besar dari kalangan Syafi’i.
Ini menunjukkan bahwa pada masa lalu, telah dikenal sistem madzhab, di
mana seseorang taqlid kepada madzhab tertentu. Taqlidnya seseorang itu
ada batasan dan tingkatannya. Ada yang taqlid muthlaq seperti taqlidnya
orang kebanyakan. Ada pula yang taqlid tidak secara muthlaq seperti
taqlidnya sebagian Imam yang
telah hafal ratusan ribu hadits.
Tetapi tetap saja, para Imam yang telah hafal ratusan ribu hadits itu
taqlid kepada madzhab tertentu. Karena untuk menjadi Mujtahid Muthlaq
yang tidak taqlid kepada madzhab mana pun diperlukan syarat-syarat yang
lebih banyak lagi. Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam
Hanbali mempunyai kualitas dan memenuhi syarat untuk menjadi Mujtahid
Muthlaq. Sehingga mereka tidak taqlid kepada siapa pun. Namun bagi orang
yang tak hafal satu hadits pun, jangan pernah merasa layak untuk lepas
dari madzhab mana pun.
Sekarang, Salafy-Wahaby
menolak sistem madzhab yang diterapkan ulama salaf. Kaum Salafy-Wahaby
cenderung kepada paham antropomorphic yang ditentang keras oleh ulama
salaf. Layakkah salafy menisbatkan diri mereka sebagai pengikut ulama
salafush shalih? Tentu saja tidak layak. Itu hanyalah klaim mereka yang
tanpa bukti. Itu semua hanyalah propaganda mereka agar diterima
masyarakat demi melancarkan misi mereka untuk menyebarkan ajaran
menyimpang seperti antropomorphic, geosentris, dlsb. Mereka juga
berusaha keras agar ummat ini tak lagi melakukan tawassul dan tabarruk
yang merupakan sunnah Rasul.
Sebelum Nabi Muhammad
diutus, orang Yahudi bertawassul dengan Nabi yang dijanjikan, yaitu Nabi
Muhammad, agar mereka menang dalam peperangan. Dan mereka pun menang.
Kaum Yahudi tak ingin bahwa ummat Islam bertawassul dengan Nabi agar
dimenangkan Allah dalam menghadapi kaum Yahudi. Kaum Yahudi tak ingin
ummat Islam beroleh kemenangan.
Salah satu
kesempurnaan iman adalah seseorang mencintai Nabi Muhammad melebihi apa
pun kecuali Allah. Segala hal yang menggiring ummat kepada kecintaan
kepada Rasul tentu tak disenangi oleh kaum Yahudi.
Lalu mereka buatlah propaganda. Lalu mereka mulai membid’ahkan segala hal yang berkaitan dengan Nabi
Muhammad seprti merayakan kelahiran Nabi Muhammad, tawassul dengan Nabi
Muhammad, kecintaan kepada Nabi Muhammad danketurunannya. Bahkan mereka
berkata bahwa Nabi Muhammad itu telah abtar (terputus keturunannya).
Untuk apa? Agar ummat ini tak mencintai keturunan Nabi Muhammad,tidak
mengakui bahwa Nabi Muhammad punya keturunan, dan juga tidak mengakui
adanya Imam Mahdi yang membawa kemenangan bagi ummat Islam.
Kita tahu bahwa Imam Mahdi itu bernama Muhammad bin Abdullah dan beliau
adalah keturunan Nabi Muhammad bin Abdullah sang utusan Allah. Namun
Salafy-Wahaby mengingkari bahwa Nabi Muhammad itu punya keturunan dan
menyebut Nabi sebagai al-abtar. Perkataan mereka terhadap Nabi sangat
mirip dengan perkataan kaum Quraisy terhadap Nabi SAW. Namun, mereka
yang membenci Nabi Muhammad itulah yang abtar.
Dokumen : 0263 : SALAFIYYUN WAHABIYYUN TIDAK BERARTI BAHWA MEREKA PENGIKUT AS-SALAF ASH-SHALIH
Belum ada Komentar untuk "0263 : SALAFIYYUN WAHABIYYUN TIDAK BERARTI BAHWA MEREKA PENGIKUT AS-SALAF ASH-SHALIH"
Posting Komentar