0289:SETIAP KOMENTAR AKAN DI MINTAI PERTANGGUNG JAWABAN OLEH ALLAH SWT
Minggu, 02 Februari 2014
Tulis Komentar
Setiap Komentar akan Dimintai PertanggungJawaban oleh Allah Taala
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Di
era jejaring sosial seperti sekarang ini, kiranya sangat diperlukan
untuk mengingatkan diri pribadi khususnya dan kaum muslim secara umum
beberapa hal, terutama yang berkaitan dengan pemberian komentar:
1.
Komentar adalah sama dengan ucapan, dan setiap ucapan akan dicatat oleh
para malaikat pengintai yang bersifat Raqib dan ‘Atid, yang kemudian
akan dimintai pertanggungjawaban di hari kimat.
{مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18]
Artinya: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” QS. Qaaf: 18.
Ibnu Katsir rahimahullah menafsikan ayat ini, beliau berkata:
{
مَا يَلْفِظُ } أي: ابن آدم { مِنْ قَوْلٍ } أي: ما يتكلم بكلمة { إِلا
لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ } أي: إلا ولها من يراقبها معتد لذلك يكتبها، لا
يترك كلمة ولا حركة، كما قال تعالى: { وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ
كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ } [ الانفطار: 10 -12 ].
“Maksud
dari “Tiada Ucapan pun” adalah dari anak manusia, maksud dari “yang
diucapkannya” adalah yang dibicarakannya dengan sebuah pembicaraan,
maksud dari “Melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir” adalah melainkan ada yang mengawasinya selalu untuk itu, ia
menulisnya dan tidak meninggal satu kalimat serta satu gerakan pun,
sebagaiman Firman Allah Ta’ala: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada
(malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),” “yang mulia (di sisi
Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),” “Mereka
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al Infithar: 10-12.” Lihat kitab
tafsir Ibnu Katsir rahimahullah pada ayat di atas.
Beliau rahimahullah juga berkata:
وقال
علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس: { مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ
رَقِيبٌ عَتِيدٌ } قال: يكتب كل ما تكلم به من خير أو شر، حتى إنه ليكتب
قوله: "أكلت، شربت، ذهبت، جئت، رأيت"، حتى إذا كان يوم الخميس عرض قوله
وعمله، فأقر منه ما كان فيه من خير أو شر، وألقى سائره، وذلك قوله: {
يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ } [
الرعد: 39 ]، وذكر عن الإمام أحمد أنه كان يئن في مرضه، فبلغه عن طاوس أنه
قال: يكتب الملك كل شيء حتى الأنين. فلم يئن أحمد حتى مات رحمه الله (4) .
“Berkata
Ali bin Abu Thalhah, rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” maksudnya
ditulis setiap apa ia ucapkan, dari hal yang baik atau yang buruk,
sampai-sampai akan ditulis perkataanya: “Saya makan, saya minum, saya
pergi, saya datang dan saya melihat”, sampai jika pada hari Kamis
dihadapkan perkataan dan perbuatannya , lalu di tetapkan apa saja yang
di dalamnya berupa kebaikan dan keburukan dan dibuang seluruhnya, dan
itu adalah firman Allah Ta’ala: “Allah menghapuskan apa yang Dia
kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah
terdapat Umulkitab (Al Lauh Al Mahfuzh).” QS. Ar Ra’du: 39.
Disebutkan
tentang Imam Ahmad rahimahullah bahwa beliau merintih kerika sakit yang
beliau derita, lalu disampaikan kepada beliau bahwa Tahwus rahimahullah
pernah berkata: “Malaikat akan menulis segala sesuatu sampai rintihan”,
maka tidak pernah Imam Ahmad merintih setelah itu sampai beliau
meninggal.” Lihat kitab tafsir Ibnu Katsir rahimahullah pada ayat di
atas.
2. Komentar harus dari jauhi dari perkataan yang berbentuk cacian, makian, kasar, jorok dan keji.
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- «
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلاَ اللَّعَّانِ وَلاَ الْفَاحِشِ
وَلاَ الْبَذِىءِ ».
Artinya: “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bukanlah seorang beriman seorang yang suka mencaci, melaknat, berkata
keji (kotor/porno) atau kasar.” HR. Tirmidzi.
3. Komentar hanya
diberikan jika diperlukan sebagaimana berbicara asal hukumnya diam
kecuali untuk kebaikan, karena di dalamnya terdapat keselamatan.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ
لِيَصْمُتْ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah
yang baik atau diam.” HR. Muslim.
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan hadits ini:
وأما
قوله صلى الله عليه و سلم فليقل خيرا أو ليصمت فمعناه أنه اذا أراد أن
يتكلم فإن كان ما يتكلم به خيرا محققا يثاب عليه واجبا اومندوبا فليتكلم
وان لم يظهر له أنه خير يثاب عليه فليمسك عن الكلام سواء ظهر له أنه حرام
أو مكروه أو مباح مستوي الطرفين فعلى هذا يكون الكلام المباح مأمورا بتركه
مندوبا إلى الإمساك عنه مخافة من انجراره إلى المحرم أو المكروه وهذا يقع
في العادة كثيرا أو غالبا وقد قال الله تعالى ما يلفظ من قول الا لديه رقيب
عتيد
“Adapun sabda beliau “maka berkatalah yang baik atau diam”,
maknanya adalah jika ia ingin berbicara, maka jika apa yang ia
bicarakan benar-benar baik dan akan diganjar atasnya baik berupa wajib
atau sunnah, maka hendakanya ia berbicara. Jika tidak Nampak baginya
bahwasanya perkataan itu baik yang akan diganjar atasnya, maka hendaklah
ia menahan perkataanya, baik Nampak baginya bahwa perkataan itu haram
atau makruh atau mubah sama derajatnya. Atas ini, perkataan yang mubah
diperintahkan untuk meninggalkannya, dianjurkan untuk menahannya karena
ditakutkan memasukkan ke dalam hal yang diharamkan atau dimakruhkan, dan
ini sering terjadi dalam kebiasaan, padahal Allah Ta’ala telah
berfirman: “Tidak ada ucapan pun yang diucapkan melainkan ada malaikat
yang mengawasi.” Lihat Kitab Al Minhaj, Syarah Shahih Muslim, 1/49 (Asy
Syamela)
Seorang yang selalu menjaga lisannya ia akan selamatnya
عَنْ
عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ
قَالَ « أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى
خَطِيئَتِكَ ».
Artinya: “’Uqbah bin ‘Amir radhiyallahub ‘anhu
berkata: “Aku bertanya: “wahai Rasulullah, apakah keselamatan?”, beliau
bersabda menjawab: “Jagalah lisanmu dan diaml;ah di rumahmu dan
tangisilah kesalahan-kesalahanmu.” HR. Tirmidzi.
4. Komentar jangan asal-asalan karena ditakutkan mengandung hal yang dimurkai Allah Ta’ala.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى
لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً
يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ » .
Artinya: “Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba, benar-benar berucap dengan sebuah
ucapan yang tergolong dari keredhaan Allah, ia tidak memperdulikannya,
niscaya Allah akan mengangkat derajat dengannya dan sesungguhnya seorang
hamba benar-benar berucap dengan sebuah ucapan yang tergolong dari
kemurkaan Allah, ia tidak memperdulikannya, akan menjatuhkannya
dengannya ke dalam Neraka Jahannam.” HR. Bukhari.
عَنْ بِلاَلِ
بْنِ الْحَارِثِ الْمُزَنِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- « إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ بِهَا عَلَيْهِ سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ».
Artinya:
“Bilal bin Al Harits Al Muzani radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang
hamba, benar-benar berucap dengan sebuah ucapan yang tergolong dari
keredhaan Allah Azza wa Jalla, ia tidak mengira ucapan tersebut akan
sampai kepada ia capai, niscaya Allah Azza wa Jall akan menuliskan
keredhaan-Nya sampai hari kiamat dan sesungguhnya seorang hamba
benar-benar berucap dengan sebuah ucapan yang tergolong dari kemurkaan
Allah, ia tidak mengira ucapan tersebut akan sampai kepada apa yang ia
capai, niscaya Allah Azza wa Jall akan menuliskan kemurkaan-Nya sampai
hari kiamat.” HR. Ahmad.
‘Alqamah (muridnya Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu) rahimahullah sering berkata:
كَمْ مِنْ كَلاَمٍ قَدْ مَنَعَنِيهِ حَدِيثُ بِلاَلِ بْنِ الْحَارِثِ
“Berapa banyak perkataan telah menahankanku untuk mengucapkannya adalah hadits Bilal bin Harits ini.”
وقال
الحسن البصري وتلا هذه الآية: { عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ
قَعِيدٌ } : يا ابن آدم، بُسطت لك صحيفة، ووكل بك ملكان كريمان أحدهما عن
يمينك، والآخر عن شمالك، فأما الذي عن يمينك فيحفظ حسناتك، وأما الذي عن
يسارك فيحفظ سيئاتك فاعمل (3) ما شئت، أقلل أو أكثر حتى إذا مت طويت
صحيفتك، وجعلت في عنقك معك في قبرك، حتى تخرج يوم القيامة، فعند ذلك يقول: {
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ
كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا } [ الإسراء: 13 ، 14 ] ثم
يقول: عدل -والله-فيك من جعلك حسيب نفسك.
5. Komentar adalah cerminan pribadi seseorang.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ ».
Artinya:
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Termasuk kebiakan keislaman seseorang adalah
meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuknya.” HR. Tirmidzi.
عَنْ
أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رَفَعَهُ قَالَ « إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ
فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ
اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا
وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا ».
Artinya: “ Abu Sa’id Al
Khudhry radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan sampai kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika anak manusia masuk watu pagi,
sesungguhnya seluruh anggita tubuh mengadu kepada lisan, mereka berakta:
“Takutlah kamu kepada Allah tentang kami, sesungguhnya kami akan
bersamamu, jika kamu lurus mak kami akan lurus dan jika kamu berbelok
kami akan berbelok.” HR. Tirmidzi.
Nawawi rahimhullah berkata:
روينا
عن الاستاذ أبى القاسم القشيرى رحمه الله قال الصمت بسلامة وهو الأصل
والسكوت فى وقته صفة الرجال كما إن النطق في موضعه من أشرف الخصال
“diriwayatkan
kepada kami bahwa Ustadz Abu Al Qasim Al Qusyairy rahimahullah berkata:
“Diam adalah keselamatan dan ia adalah hukum asal, dan diam pada
waktunya sifatnya orang-orang terpandang, sebagaimana berbicara pada
tempatnya termasuk sifat yang mulia.”
Beliau rahimahullah juga berkata:
وروينا
عن الفضيل بن عياض رحمه الله قال من عد كلامه من عمله قل كلامه فيما لا
يعنيه وعن ذى النون رحمه الله أصون الناس لنفسه أمسكهم للسانه والله أعلم
“Diriwayatkan
kepada kami bahwa Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:
“Barangsiapa yang menghitung-hitung perkataannya dari perbuatannya maka
akan sedikit perkataannya terhadap sesuatu yang tidak bermanfaat
untuknya. Dan diriwayatkan dari Dzin Nun rahimahullah, ia berkata:
“Serorang yang paling menjaga dirinya diantara manusia adalah yang
paling menjaga lisannya.” Lihat Kitab Al Minhaj Syarah Shahih Muslim,
2/19 (Asy Syamela). Wallahu a’lam.
LINK DISKUSI : https://www.facebook.com/groups/forsil.jabodetabek/permalink/281625631975834/
Dokumen : https://www.facebook.com/notes/forsil-aswaja-nusantara/0289setiap-komentar-akan-di-mintai-pertanggung-jawaban-oleh-allah-swt/282514261886971
Belum ada Komentar untuk "0289:SETIAP KOMENTAR AKAN DI MINTAI PERTANGGUNG JAWABAN OLEH ALLAH SWT"
Posting Komentar